Saturday, October 27, 2012

Jadi Manusia


Dalam istilah bahasa jawa dikenal istilah “wis dadi wong” sedangkan dalam tradisi sunda dikenal juga idiom “ geus jadi jalma “ hingga dalam bahasa Indonesia dikenal “ sudah jadi orang “. Jika ditelusuri sejarahnya mungkin dua ungkapan dalam bahasa jawa dan sunda jauh lebih tua dan mungkin juga lebih mempunyai muatan makna. Itu tidak akan kita persoalkan.

Yang ingin saya diskusikan ialah apa saja yang menjadi syarat untuk disebut “dadi wong”, “jadi jalma” atau “jadi orang”. Diakui atau tidak syaratnya adalah keberlimpahan materi plus ketenaran beserta anak cucunya. Namun apakah itu benar adanya, untuk layak dikatakan orang itu harus mempunyai syarat-syarat tersebut?, perhatikan matematika ini :


I.
Orang + kekayaan = “Orang”
Orang + Kekayaan + Ketenaran = “Orang Banget”
5 + 2 = “7”
5 + 2 + 3 = “10”
( Kesimpulannya untuk menjadi “orang” dia harus kaya apalagi terkenal )

II.
“Orang” – Kekayaan = orang
“Orang Banget” – Kekayaan – Ketenaran = orang
“7” – 2 = 5
“10” – 2 – 3 = 5
( kesimpulannya untuk menjadi orang yang bebas dari tanda kutip maka harus tanpa kekayaan dan ketenaran )

Pertanyaan selanjutnya manakah yang benar-benar orang?
Tidakkah semakin tinggi jabatan, semakin banyak kekayaan, justru malah mengikis esensi keorangan/kemanusiaannya itu sendiri. Berjalan dari orang menjadi “orang” – mengejar tanda kutip.

Namun jangan diambil kesimpulan juga bahwa untuk menjadi orang, kita harus tidak terkenal dan tidak kaya. Tapi jadilah orang kaya dan terkenal namun tidak kehilangan esensi kemanusiaan/keorangannya.

No comments:

Berita Batam