Thursday, June 25, 2009

Maliki Yaumiddiin

(TULISAN INI DIMUAT DI BULLETIN MADANI DMI-KEPRI)

Maliki Yaumiddiin

oleh: Nur fahmi Magid

Ayat ini biasa diterjemahkan sebagai : Penguasa Hari Kemudian atau Pemilik Hari Kemudian.Memang makna Malik ( dibaca pendek ) adalah Raja atau Penguasa. Sedangkan Maalik ( dibaca panjang ) adalah bermakna Pemilik. Kedua cara baca itu boleh dilakukan.

Dalam ayat ini ada dua informasi yang perlu kita selami maknanya. Yang pertama Hari Kemudian. Dan yang kedua adalah Penguasa sekaligus Pemilik.

Pada bagian yang pertama, Allah mengingatkan kepada kita bahwa kehidupan di Dunia ini sebenarnya belum final. Ada kehidupan yang kedua yang justru " lebih kekal " dan lebih baik. Karena itu jangan sampai terjebak pada kehidupan dunia. Kita bisa mengalami masalah serius pada kehidupan kedua kita nanti. Tapi bagi yang menyadari bahwa kehidupan Dunia hanya sementara, serta menjadikannya sebagai perjuangan untuk kehidupan berikutnya, maka mereka akan berbahagia di " Hari Kemudian '. Sungguh Kebahagiaan Dunia hanya semu belaka, sedangkan kebahagiaan akhirat bersifat lebih kekal dan lebih baik.

Sementara itu, Allah juga mengatakan bahwa Dia adalah Penguasa dan sekaligus Pemilik " Hari Kemudian ". Artinya , Allah ingin menegaskan kepada kita, kalau ingin selamat dan berbahagia di Hari Kemudian, mintalah petunjuk dan pertolongan kepada-NYA sebab Dialah yang paling tahu tentang Hari Kemudian itu. Jangan meminta kepada yang lain.

Berbicara tentang meminta kepada Allah, maka untuk mempertegas hal ini, perlu kita lihat ayat selanjutnya, yakni: Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Yang artinya, hanya kepadaMu kami mengabdi dan hanya padaMu kami minta pertolongan.

Ayat tersebut mengandung pengajaran untuk bertauhid hanya kepada Allah. Janganlah mengabdi kepada yang lain, selain Allah yang Maha Besar. Kita memang mesti melandasi keyakinan tauhid kita dengan logika yang baik. Seperti Firman Allah pada ayat berikut ini:

''Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan,'' (QS Al Qashash: 88)

Ini adalah ayat yang menarik untuk dikaji. Hanya saja, penulis sengaja mengambil salah satu sisinya saja. Allah mengatakan pada ayat tersebut, janganlah kita menyembah Tuhan yang lain selain Allah, karena segala sesuatu selain Allah bakal binasa. Jadi kenapa kita musti bertuhan pada sesuatu yang tidak kekal. Hanya Allah-lah yang layak kita jadikan Tuhan.

Inilah setidak-tidaknya yang mesti terbayang dan hidup dalam benak kita ketika melakukan sholat. Terutama pada saat membaca Al Fatihah.

Dibalik Bacaan Hamdalah

Dibalik Bacaan Hamdalah (tulisan ini dimuat di Bulletin Madani DMI -KEpri)

Oleh: Nur Fahmi Magid

Pada edisi sebelumnya kita telah mencoba untuk mencari makna dibalik bacaanj Basmalah, untuk itu, saat ini redaksi akan mencoba untuk meneruskan pada bacaan berikutnya, yakni hamdalah. Alhamdulillahi rabbil'aalamiin. Kalimat tersebut seringkali kita ucapkan saat kita mensyukuri sesuatu. Jika bacaan basmalah membawa nuansa hati kita kepada kasih sayang Allah dan segala sifat pemurahNya, maka hamdalah ini memberikan penegasan dengan cara mengucapkan terima kasih kepadaNya.

Kesadaran tentang betapa banyaknya nikmat yang kita terima dariNya, semestinya kita gunakan untuk menyulut hati kita agar memahami makna saat mengucapkan Alahamdulillahi rabbil'aalamiin. ''Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam''

Maka, nuansa yang muncul dalam bacaam Hamdalah atau ayat kedua dari surat Al Fatihah itu adalah rasa syukur yang mendalam atas segala nikmatNya. Kepada siapa kita ucapkan rasa syukur tersebut? tentu saja, kepada Allah sang penguasa alam semesta.

Disini muncul penegasan berikutnya, dimana Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang itu adalah dzat yang mengendalikandan memelihara segala yang ada ini. Dan karena itu, Dia adalah dzat yang mengetahui kunci segala rahasia yang terkandung didalamnya. Sebagaimana digambarkan dalam Firmannya:

''Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah'' (QS Thahaa : 6)

'' Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas,'' (QS. Al Baqarah : 212)

'' Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)''.(QS. Ibrahim:34)

Selain itu, bacaan hamdalah juga memberikan gambaran pada kita bahwa Allah adalah tuhan yang tidak pernah menganggur. Ia adalah tuhan yang selalu dalam kesibukan mengendalikan segala kejadian dan peristiwa yang terjadi diseluruh penjuru alam, yang jumlahnya bertriliun-triliunan kejadian atau malah tak berhingga. Dalam detik ini saja, Allah telah mengendalikan banyak hal dengan jumlah tak terhingga. Mulai dari mengatur kerja jantung kita, menjaganya agar tetap berdenyut, paru-paru kita di program untuk terus membantu pernafasan, otak, sampai pada menentukan gerakan benda langit sekaligus yang jumlahnya tentu saja tak berhingga, menakdirkan kelahiran mahluk, juga kematian mahluknya, memberikan rejeki, serta masih banyak lagi peristiwa di alam semesta ini. Jumlahnya tidak akan pernah bisa dihitung sebagaimana Allah berifirman:

''Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana''.(QS Luqman : 27)

Maka sudah sepatutnya, kita sebagai mahluk harus senantiasa mengucapkan kalimat hamdalah, Alhamdulillahi rabbil'aalamiin, sebagai ungkapan rasa syukur kita atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT baik yang kasat mata maupun nikmat yang tak kasat mata.

Memahami Kalimat Basmalah

Bissmillahi rrahmaani rrahim. Kalimat basmalah adalah kalimat yang dianjurkan kepada kita untuk selalu mengucapkannya ketika akan memulai pekerjaan atau perbuatan baik.
Kalimat basmalah ini termasuk kalimat universal yang menggambarkan betapa Allah adalah tuhan yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tidak berhingga kepada seluruh mahlukNya.

Ada dua sifat yang Allah perkenalkan melalui bacaan basmalah, yakni Ar Rahman dan Ar Rahim. Kedua kalimat ini menurut Qurish Shihab dalam tafsir Al Misbah, vol 1, berasal dari akar kata yang sama, yaitu Rahim. Kedua kata itu sendiri memiliki makna yang hampir sama, yaitu sifat Allah yang penuh kasih sayang kepada segala mahlukNya. Hanya saja bedanya, jika Ar Rahman menunjuk pada kasih sayang yang telah dicurahkan kepada mahluknya, sedangkan Ar Rahim lebih menunjukan sifat kasih sayang yang melekat pada DzatNya. Dengan kata lain, Allah memiliki sifat Ar Rahim, yang kemudian diberikan kepada mahlukNya lewat sifat Ar Rahman.

Dengan menyebut dua sifat tersebut, Allah sepertinya ingin menegaskan pada kita semua bahwa Dia Dzat yang benar-benar menyayangi dan mengasihi mahlukNya. Bukan hanya bersifat kasih sayang, tapi juga memberikan kasih sayang itu pada mahlukNya tanpa batas.

Betapa banyak kasih sayang Allah SWT yang telah diberikan kepada kita semua, meski kita tidak memintanya, yang jika kita uraikan, mungkin ribuan lembar buku tak cukup untuk menulis satu persatu kasih sayang Allah SWT yang telah diberikan kepada kita semua. Sebagai contoh, penulis ingin menggambarkan salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT, yakni soal kesehatan kita.

Pernakah anda berfikir soal denyut jantung di dalam dada kita? Siapakah yang mengatur denyut itu, padahal kita tidak pernah memintanya. Semua sudah diatur Allah mengikuti kondisi tubuh kita. Anda bisa merasakan betapa Allah SWT telah menjaga denyut jantung kita sedemikian rupa sehingga kesehatan kita tetap terjaga. Semua berjalan sangat sempurna dalam tubuh kita. Bayangkan betapa canggihnya Allah SWT mengendalikan semua organ dalam tubuh kita secara harmonis. Kebutuhan zat-zat dalam otot disuplai oleh jenatung lewat darah, namun oksigennya dikendalikan berdasarkan gerak paru-paru, dalam waktu bersamaan, kelenjar keringat diaktifkan untuk menurunkan suhu badan kita saat beraktifitas. Sungguh jika kita bayangkan, semua sistem berjalan tanpa ada satu cacat pun.

Satu contoh saja yang kita ungkapkan, namun penulis yakin, kita sudah bisa merasakan betapa Allah SWT maha Rahman dan Maha Rahim. Dia adalah Dzat yang maha pemberi lewat sifatNya yang Maha Pemurah dan Maha Menyayangi.

Untuk membangun perasaan kita bahwa Allah adalah Rahman dan Rahim, memang kita harus memberikan contoh sebanyak-banyaknya dalam realitas kehidupan. Penulis yakin, kita semua sudah memiliki pengalaman masing-,masing yang mengesankan terkait dengan memahami sifat Allah yang Rahman dan Rahim. Mungkin itu berkaitan dengan rejeki, perkerjaan, kesehatan, keluarga, dll. Gunakanlah pengalaman tersebut untuk membangun 'rasa' Rahman dan Rahim Allah dalam benak kita, terutama saat mengucapkan kalimat basmalah diawal sholat. Insya Allah kita bakal merasakan kehadiranNya dalam sholat yang khusuk.

Dibalik Bacaan Hamdalah

(TULISAN INI DIMUAT DALAM BULLETIN MADANI -DEWAN MASJID PROVINSI KEPRI)

oleh: Nur Fahmi Magid

Pada edisi sebelumnya kita telah mencoba untuk mencari makna dibalik bacaanj Basmalah, untuk itu, saat ini redaksi akan mencoba untuk meneruskan pada bacaan berikutnya, yakni hamdalah. Alhamdulillahi rabbil'aalamiin. Kalimat tersebut seringkali kita ucapkan saat kita mensyukuri sesuatu. Jika bacaan basmalah membawa nuansa hati kita kepada kasih sayang Allah dan segala sifat pemurahNya, maka hamdalah ini memberikan penegasan dengan cara mengucapkan terima kasih kepadaNya.

Kesadaran tentang betapa banyaknya nikmat yang kita terima dariNya, semestinya kita gunakan untuk menyulut hati kita agar memahami makna saat mengucapkan Alahamdulillahi rabbil'aalamiin. ''Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam''

Maka, nuansa yang muncul dalam bacaam Hamdalah atau ayat kedua dari surat Al Fatihah itu adalah rasa syukur yang mendalam atas segala nikmatNya. Kepada siapa kita ucapkan rasa syukur tersebut? tentu saja, kepada Allah sang penguasa alam semesta.

Disini muncul penegasan berikutnya, dimana Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang itu adalah dzat yang mengendalikandan memelihara segala yang ada ini. Dan karena itu, Dia adalah dzat yang mengetahui kunci segala rahasia yang terkandung didalamnya. Sebagaimana digambarkan dalam Firmannya:

''Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah'' (QS Thahaa : 6)

'' Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas,'' (QS. Al Baqarah : 212)

'' Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)''.(QS. Ibrahim:34)

Selain itu, bacaan hamdalah juga memberikan gambaran pada kita bahwa Allah adalah tuhan yang tidak pernah menganggur. Ia adalah tuhan yang selalu dalam kesibukan mengendalikan segala kejadian dan peristiwa yang terjadi diseluruh penjuru alam, yang jumlahnya bertriliun-triliunan kejadian atau malah tak berhingga. Dalam detik ini saja, Allah telah mengendalikan banyak hal dengan jumlah tak terhingga. Mulai dari mengatur kerja jantung kita, menjaganya agar tetap berdenyut, paru-paru kita di program untuk terus membantu pernafasan, otak, sampai pada menentukan gerakan benda langit sekaligus yang jumlahnya tentu saja tak berhingga, menakdirkan kelahiran mahluk, juga kematian mahluknya, memberikan rejeki, serta masih banyak lagi peristiwa di alam semesta ini. Jumlahnya tidak akan pernah bisa dihitung sebagaimana Allah berifirman:

''Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana''.(QS Luqman : 27)

Maka sudah sepatutnya, kita sebagai mahluk harus senantiasa mengucapkan kalimat hamdalah, Alhamdulillahi rabbil'aalamiin, sebagai ungkapan rasa syukur kita atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT baik yang kasat mata maupun nikmat yang tak kasat mata.

Air Hujan Dan Nikmat Allah Untuk Manusia

....(Tulisan ini dimuat di Bulletin Madani Dewan Masjid Indonesia-Provinsi Kepri edisi 20)


Oleh: Nur Fahmi Magid

Pernahkan kita berpikir tentang hujan?Fenomena alam yang biasa kita alami itu sungguh menyimpan berbagai proses yang mengagumkan. Allah berfirman di dalam Qur'an :


" Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar ( tertentu ) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah Kamu akan dikeluarkan ( dari kubur )," (QS. Az Zukhruf : 11)

Dalam firman-Nya diatas Allah mengatakan bahwa Allah mengukur kadar hujan. Pernahkah kita berpikir seandainya hujan diturunkan secara tidak terukur ke permukaan bumi?Dampaknya sungguh sangatlah dasyat.

Hujan berasal dari awan. Di awan itu terkandung jutaan ton air hujan. Bayangkan, berjuta-juta ton air sedang bergelayutan di atas kepala kita pada ketinggian beberapa kilometer. Kenapa jutaan ton air itu tidak berjatuhan ke bumi?Karena Allah membuat mekanisme yang sangat canggih.

''Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan'' (QS An Nur: 43)

Dalam Ilmu pengetahuan modern, Air dari permukaan Bumi dirubah terlebih dahulu menjadi uap air yang memiliki berat jenis lebih ringan dari udara. Sehingga uap air itu bergerak ke angkasa. Di ketinggian tertentu, uap air itu lantas bergumul dengan uap air yang lain, yang berasal dari berbagai daerah di permukaan bumi. Di langit itu Allah mengarak jutaan ton uap air menuju daerah yang dikehendaki, dengan menggunakan kekuatan angin. Anginnya bergerak dikarenakan perputaran Bumi yang miring pada sumbunya sebesar 23,5 derajat.

Berapa besar kekuatan yang menggerakkan awan itu sehingga bisa menghidupkan daerah-daerah yang tandus. Kalau seandainya kita melakukan sendiri mekanisme itu, betapa besarnya biaya yang kita keluarkan. Tapi Allah memberikan semua itu gratis kepada kita semua. Dari hujan kehidupan di bumi dijalankan. Allah berfirman:

''Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.'' (QS Al A'raf:5)

''Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.'' (QS Az Zumar: 21)

Pada zaman modern ini, manusia sudah mulai melakukan penyulingan air dengan mencontoh mekanisme turunya hujan. Hal ini misalnya, dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Mereka berusaha memindahkan air tawar yang disuling dari lautan menuju ke daratan. Maka, dibikinlah pipa-pipa dan proses penjernihan air dalam skala yang sangat besar. Biayanya tentu luar biasa. Namun Allah dengan sangat gampangnya melakukan itu semua secara terus menerus, sejak berjuta-juta tahun yang lalu, untuk menghidupi seluruh makhluk-NYA dimuka planet bumi ini.

''Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya,'' (QS Al Hijr: 22)

Dari proses terjadinya hujanlah Allah menyediakan air bersih bagi semua mahluk hidup di dunia ini. Ini adalah nikmat yang tak terhingga. Sebagaimana Allah telah menegaskan dalam ayat berikut ini:

''Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,'' (QS Al Furqaan: 25)

Cara Allah menurunkan air hujan ke bumi pun dilakukan-NYA dengan sangant " santun " dan terukur. Bayangkan kalau Allah menghendaki air hujan yang jumlahnya jutaan ton itu turun secara sekaligus, seperti sebuah air terjun, di suatu daerah tertentu. Kita tidak bisa membayangkan betepa akan hancur lebur daerah itu, diterjang oleh air bah yang jatuh dari langit.

Allah telah mengukur jatuhnya air itu. Baik dalam jumlahnya maupun dalam mekanismenya. Jika suatu daerah sudah " dirasa " cukup memperoleh siraman air hujan, maka Allah menghentikanya. Dia memindahkan guyuran air hujan itu ke daerah lain yang membutuhkannya. Jika tidak, tentu daerah itu akan mengalami banjir yang tidak terkira.

''Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.'' (QS Al Mu'minun: 23)

Allah menggiring uap air dari lautan ke daratan. Sebagian besar turun di gunung-gunung, kemudian menghasilkan sejumlah mata air yang sangat berguna pada musim kemarau. Air itu mengalir lewat sungai-sungai, dan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia di luar musim hujan. Selain dalam hal jumlah, mekanisme turunnya air hujan itu juga memunculkan rasa kagum kita. Kenapa air hujan turun sebagai butiran-butiran? Barangkali, diantara kita ada yang menjawab : kalau seandainya air hujan iti turun sekaligus seperti air bah, maka bisa dipastikan hidup kita akan terancam. Akan terjadi bencana yang sangat dasyat di muka bumi ini, setiap kali musim hujan.

Namun demikian, pernahkan kita mencermati tentang butiran-butiran air hujan itu? Proses pendinginan yang tidak seragam terhadap uap air yang terkandung di dalam awan dan jarak jatuh air dari awan ke permukaan bumi telah menyebabkab air hujan itu jatuh tercerai berai menjadi butiran air yang berukuran kecil. Sebenarnya jika kita gunakan logika biasa, meskipun butiran air hujan cukup kecil, jika jatuh dari jarak yang sedemikian tinggi, masih berbahaya. Butiran itu bisa berlaku bagaikan peluru yang turun dari langit akibat terjadinya percepatan secara terus menerus. Namun, karna kebesaran Allah, maka butiran itu dijadikan tidak berbahaya. Dalam catatan Ilmu pengetahuan modern, kecepatan air hujan hanya berkisar 8 KM perjam. Ini sungguh merupakan tanda kasih sayang Allah pada kita semua.


'

Ku Harus Lanjutkan

Ku harus lanjutkan
mimpi-mimpi patah lama terbengkalai
Diam dalam pigura hati
berhias kegagalan dan harapan

ingin kutampar nasib pulau
tak berpasir yang hanya membuat hati galau
lautan gedung menjelma gurun
pasir risau yang kadang membadai
Tuhan, dimanakah langkah itu?

Nyanyian angin menambah risau yang datang
bersama adzan menghisap malam
dan mentari yang mulai ketakutan
tapi kuharus lanjutkan
meski dia sembunyi, meski dia sembunyi, diujung laut

Dibalik awan yang memerah
kini hanya menyisakan segelintir harapan
berharap gelap tak merampas semua
hingga balok-balok nasib yang tersusun rapi, terpatahkan
tapi ku harus lanjutkan

Berita Batam