Sunday, April 26, 2009

Hari Bumi Yang Menyedihkan

Batam Lambat Laun Menuju Kehancuran

Hari bumi tahun ini di Batam sungguh sangat menyedihkan. Disamping tidak adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembalikan keperawanan alam, diperparah dengan sikap pemerintah yang sampai saat ini tidak becus dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Baru-baru ini, ada sebuah perusahaan yang mengimpor limbah dari luar negeri. Konon kabar masuknya limbah yang diduga beracun (B3) itu melibatkan seorang pimpinan Bapedalda Kota Batam.

Hal ini memicu teman-teman perjuangan dari Centrum Independent of Human Right Sosial Analis (Chisa) untuk mengangkat kasus ini sebagai isu central pada hari bumi tahun 2009 ini. Semoga teman-teman di jakarta bisa membantu proses ini dan mendorong agar KLH juga bisa bersikap lebih arif.

Pentingnya kembali ke Alam memang kurang disadari masyarakat secara luas. Dari data yang ada, industri yang semakin berkembang ternyata 90 persen diantaranya jika dihitung secara makro ekonomi justru bukan mendatangkan keuntungan materil seperti yang digembar-gemborkan pemerintah dan pengusaha. Malah sebaliknya, mendatangkan kerugian yang cukup besar.

Semakin pesat perkembangan industri, maka semakin besar juga potensi alam rusak. Hutan-hutan dibabat demi membangun pabrik. Daerah resapan jadi kawasan industri. Selain persoalan ketersediaan air bersih yang semakin terancam, Batam kedepan juga akan mengalami krisis tanah, krisi udara sehat, dan deretan krisis-krisis lainya. Coba kembali kita renungkan, berapa biaya kita menikmati udara segar selama ini? gratis kan? alam menyediakan untuk kita. Sekarang mari kita bandingkan dengan biaya oksigen pertabung yang disediakan rumah sakit. Dan jika seluruh hutan dibabat, dan hanya menyediakan sedikit diantaranya, maka bersiap-siaplah kita semua akan merasakan mahalnya oksigen.

Dalam sebuah tulisan Prof Daiciro Zuzuki, di Amerika Serikat, hampir 30 persen anak usia 5 tahun sudah mengidap penyakit asma, akibat polusi udara yang tak terkontrol, dan semakin jarangnya ditemui tempat hijau di daerah itu. Diperparah dengan asap buangan industri dan kendaraan bermotor yang semakin padat. Tentu kita semua tidak mau, di Batam kedepan menjadi seperti itu. Udara yang sehat memang mahal harganya, oleh karena itu, harus kita rawat, tentu dengan terus mendorong proses penghijauan, mempertahankan hutan dan lain sebagainya.

Berbicara soal industri dan kerusakan alam, ternyata sangat kompleks. Karna menyangkut, tanah, udara, air dan biota didalamnya.

Industri galangan kapal yang menjadi unggulan Pemerintah Kota Batam, kenyataannya tidak pernah melakukan publikasi terhadap kerusakan yang diakibatkan. Limbah metal, juga bahan kimia yang terus menggerogoti pesisir pantai Batam juga tak ada yang ambil peduli. Pengusaha dan pemerintah hanya melihat dari sisi berapa besaran pendapatan daerah dari pajak perusahaan tersebut. Juga oenyerapan tenaga kerja. Padahal jika kita telaah lebih dalam, hasil pencemaran yang diakibatkan limbah kimia dan logam berat dari proses industri pesisir justru mendatangkan kerugian yang cukup besar.

Meski lambat, ternyata Batam sudah menabung pundi-pundi kehancuran dikemudian hari. Logam berat dan bahan kimia yang terbuang dilaut, akan merusak siklus alami yang terus berjalan yang pada akhirnya akan membinasakan manusia (untuk tingkat yang lebih ekstrim).

Jika kita pahami siklusnya, tentu sangat menakutkan. Logam berat juga bahan-bahan kimia yang terbuang, pada akhirnya termakan ikan. Dan ikan itu sendiri kemudian ditangkap nelayan, dan kita konsumsi. Ikan yang tercemar, yang kita konsumsi tentu tidaklah sehat. Dan lambat-laun tubuh kita akan digerogoti penyakit seperti kangker dan lain sebagainya.

Manusia adalah pemegang tingkatan tertinggi dalam rantai makanan. Untuk itu, tercemarnya alam tentu saja pada akhirnya akan membinasakan manusia. Rutin meski tak disadari, kita sudah mengkonsumi makanan yang tercemar, ikan yang tercemar, apapun yang dihasilkan darilaut yang tercemar, Sungguh, tanpa disadari kita ternyata sudah investasi menuju kehancuran.

Selain persoalan air, kita tilik juga masalah-masalah tanah. Mari Kita lihat, di sudut Kecamatan Nongsa, penambangan pasir yang dilakukan tiap waktu jika dihitung besaran pendapatan masyarakat sekitar dengan kerugian yang diakibatkan ternyata berbanding terbalik. Dari total pendapatan dari proses penambangan tersebut, ternyata tidak cukup untuk biaya rehabilitasi kerusakan tanah yang diakibatkan. Sampai saat ini, tak ada yang siap bertanggung jawab dalam hal ini. Yang ada, kerusakan tersebut terus saja diperparah dari hari ke hari. Puluhan dam truk, keluar masuk dari kawasan Pang-Long Nongsa dengan membawa pasir hasil penambangan yang tak pernah dibarengi dengan analisa dampak lingkungan yang ideal. Makin lama, mereka semakin serakah dan selalu mengggunakan alasan ekonomi sebagai pembanaran.

Tanah yang dulu terlihat cukup subur, kini kritis. menyisakan ratusan gubangan yang jika musim hujan justru menjadi sarang jentik nyamuk. Belum lagi masalah keseimbangan ekosistem yang ada dikawasan itu yang juga terganggu. Hanya satu kata yang bisa saya sampaikan untuk batam!!....Selamat Anda sudah investasi menuju kehancuran.,......Maka selamatkanlah alam.

No comments:

Berita Batam