Monday, March 16, 2015

Satu Adalah Pengingkaran

Tak ada yang satu. Tapi dengan keangkuhannya, manusia menginginkan satu. Meski murka Tuhan pernah menjadi contoh, betapa menjadikan "satu" itu adalah hal yang mustahil. Manusia dihukum untuk selalu berbeda. Dan dalam perbedaan itu pula Tuhan hadir di dalamnya. Menjadi satu-satunya.


Syahdan dalam catatan tiga agama monoteisme, banyak disinggung, betapa perbedaan adalah keniscayaan. Dan satu adalah kesombongan. Satu dari pentatouk Yahudi, Injil Perjanjian lama dan Al Quran, ketiganya bercerita tentang menara Babel. Simbol satu yang fana.

Syahdan, di jaman Nuh, ketika air mulai surut, manusia diberikan Tuhan berbagai kelebihan.

Tuhan menganugerahkan manusia yang terselamatkan itu dengan berbagai kehebatan, fisik dan pemikiran. Hingga akhirnya memunculkan kesombongan, mereka melawan takdir bahwa  kodrat manusia adalah menjalani perbedaan.

Manusia berjalan ke arah Timur, ke lembah Sinear. Disana mereka membangun menara menjulang tinggi. Manusia menginginkan untuk satu dan tak berserak. Bahasa mereka kala itu satu, dialeg mereka satu. Mereka lupa, bahwa satu adalah satu kesombongan. Dan manusia dihukum untuk berbeda.

Al Kitab dari Kejadian 11 ayat 1-9, manusia sebelumnya memiliki logat yang sama. Kemudian mereka berfikir untuk membangun kota yang menjulang ke langit, kota yang bisa mengumpulkan mereka semua, tetap dalam satu. Tapi Tuhan Murka. Tuhan memberikan hukuman. Horror dan kengerian yang muncul dari akibat penyangkalan akan perbedaan itu sungguh tak terbayangkan. Menara tinggi, menodong langit dengan angkuhnya itu luluh lantak. Dan manusia terserak. Mereka tercerai berai, kemudian mulutnya menjadi gagap. Dan tidak saling mengerti satu sama lain. Dialeg mereka berubah, bahasa mereka berbeda.

Al Qur'an pun tak kalah mengerikan. Dikisahkan bagaimana kaum Add, sang kreator menara Babel yang sombong itu dihancurkan dengan angin dan petir. Hingga bangunan mereka rat menjadi debu (QS. adz-Dzariyat : 41-42).

Ya, kisah menara Babel adalah catatan hitam keangkuhan manusia. Bagaimana mereka menyangkal takdir Tuhan. Bermimpi menjadi satu, padahal mereka sadar bahwa manusia dihukum untuk berbeda.
Dan perbedaan itu adalah potret keagungan. Karena Tuhan hadir di dalamnya. Perbedaan itu melahirkan cinta. Perbedaan melahirkan rasa untuk saling memberikan pengertian. Dan pada akhirnya, satu adalah perbedaan. Karena begitulah yang Tuhan inginkan. Karena bisa saja Ia punya rencana indah dalam perbedaan itu, dalam keadaan yang bukan Satu!.


Magid, 16 Maret 2015

No comments:

Berita Batam