Monday, March 16, 2015

Dunia Tanpa Koma

Dunia tanpa koma, begitu tulisnya di status media sosial itu. Dia sahabatku, tepatnya sahabat dari sahabatku. Ada yang menarik ditulisnya kala itu. Membuatku memikirkan kalimat yang sederhana itu. Dunia Tanpa Koma. Seperti judul film yang sempat trend tempo hari.


Dunia memang terus mengalir, dunia tak terhentikan dengan titik bahkan koma. Dunia adalah dunia. Saya memilih untuk memulai membahasnya dalam pendekatan waktu.

Waktu mengalir kedepan, waktu tak pernah berkoma.

Tapi waktu itu sendiri adalah topik yang membingungkan. Tempo hari seorang sahabat berpendapat, jadilah dirimu untuk hari ini, lupakan masa lalu dan fokus pada masa depan. Seolah ada korelasi dengan dunia tanpa koma. Bahwa mengalir adalah pilihan terbaik. Namun ketika perdebatan kumulai, Ia justru kebingungan. Ia sulit menunjukkan apa yang termasuk dalam hari ini.

"Bukankah jika dipikirkan, hari ini adalah masa lalu dan masa depan juga pada akhirnya menjadi masa lalu," tanyaku.

Hari ini akan menjadi masa lalu, bahkan yang saya ucapkan akan menjadi masa lalu. Tinggal pilihan kita menggunakan ukuran waktunya, jam, menit atau bahkan detik. Apa yang kita bicarakan saat ini sejatinya sudah berlalu. Dan sesungguhnya yang kita jalani adalah berdiri antara masa lalu dan masa depan. Membingungkan.

"Ya, memang membingungkan," jawabku.

Suatu ketika Santo Agustinus ditanya seseorang mengenai waktu. Apa itu waktu, dia sepertinya juga sulit mepresentasikannya. Dia hanya menjawab singkat, Jika kau tanya soal waktu, maka aku paham apa itu waktu, jika kau ingin penjelasan, sesungguhnya aku tak mengerti, apa itu waktu.

Bahkan pencarianku di kamus Bahasa Indonesia sendiri juga tak membuahkan hasil. Waktu diterjemahkan sebagai saat dan saat adalah waktu. Semakin berfikir soal waktu, kita akan semakin bodoh.

Karena kebodohanku jugalah akhirnya aku berpendapat bahwa waktu adalah hal yang sulit dijelaskan, bagaimana mungkin Ia dihentikan. Aku percaya dunia tanpa koma. Dunia tanpa tanda kutip, dunia tanpa titik. Dunia adalah dunia. Begitu saja seterusnya. Tanpa atribut apapun. Dunia menjadi dirinya, selalu dan seterusnya.

Kuteringat, suatu ketika diminta untuk menuliskan soal waktu. Ditengah kebingungan, aku hanya menulis, waktu adalah hal yang kubenci, karena Ia telah membawa pergi masa kecilku, merampas masa mudaku, dan kelak, Ia juga akan membawa pergi masa tuaku. Waktu seperti adagium dunia tanpa koma. Aku tak mampu menjelaskannya. Dia datang memaksa.

Dan kita hanya manusia, kita boneka yang menjadi pemeran utamanya. Dunia tanpa koma, datang begitu saja dan akan pergi kemana, anda tak bisa menebaknya. Yang bisa dilakukan hanya menyerah, dan membuka diri untuk dunia tanpa koma.


Magid, Maret 2015

No comments:

Berita Batam