Sambil memandangi wajahku di kaca,
kulihat keriput mulai hinggap diantaranya
Tak terasa, umur memangsaku, melambat
menyisakan lipatan,
Wahai Tuhan, kau sang seniman maha sempurna
pelukis guratan dikulitku
Biarkan aku bicara dengan tubuhku:"Jasadku, kuingin kau Lindap"
Jangan kau dengar
Seribu jari masa silam,
Biarkan saja, Ia menuding ke arahmu
menyayatmu dengan nasib yang penat
Mintalah Tuhan berbisik di hatimu
Teriaklah, jika memang kau mampu teriak
Teriakan dalam doa,
"Tuhan, siapapun Kau Tuhan atau Tuhan siapapun, dengarlah"
Kini rinduku menghembus
menembus bayangan suara
kemudian bersauh ditepi pantaiNya
Daun pikiranku jatuh berguguran
"Saat waktu berlalu, belenggulah aku,belenggulah jasad dan hatiku"
Biarkan keheningan datang menjemputku
bak telaga besar yang beku,
dan wajahku turut beku ditepinya
Menua, keriput, dijarah putaran masa
kuserahkan semua lukisan tubuhku,
padaMu Tuhan, seniman maha sempurna
Wednesday, August 31, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment