Wednesday, March 4, 2009

Ku Katakan Pada Sahabatku Mendung

Ku Katakan pada sahabatku mendung
Tentang secarik nasib dalam lembaran hidup
Yang kadang hitam putih
biarkan saja, biarkan saja membeku diantara lembutnya dingin

Tepat ditengah hujan yang datang menghujam malam
Mendesah embun datang menyapa
Dalam hasrat hidup, tanpa fantasi
Meski bisu mematung

Ku katakan pada sahabatku mendung
Tentang maaf yang tak pernah terucap
Dari jiwa-jiwa beku
Hanya peluh kupersembahkan

Tanganku maafkan aku
Kakiku maafkan aku
Jasad yang bisu maafkan aku
Tak kulukiskan yang menarik dalam perjalanan waktumu

Monday, March 2, 2009

Sejarah Penyebaran Islam Di Indonesia (Bagian Kedua - Habis)

Seperti dalam di tulisan pertama, saya sudah menyinggung tentang 3 teori masuknya Islam di Indonesia. Berikut ini penjelasan dari 3 teori tersebut.

Masuknya Islam ke Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari watak ‘transnasional’ Islam. Meski dalam kaitan ini terdapat setidaknya 3 (tiga) pendapat mengenai awal masuknya Islam ke Indonesia.

Teori pertama diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara. Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengan daratan India.

Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Rasulullah. Selain itu, di beberapa tempat di Sumatera Barat ada pula tradisi Tabut, yang berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein. Ada pula pendukung lain dari teori ini yakni beberapa serapan bahasa yang diyakini datang dari Iran. Misalnya jabar dari zabar, jer dari ze-er dan beberapa yang lainnya. Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai.

Teori Ketiga, yakni Teori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad ke-12 atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin. Bahkan sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.

Dalam kitab sejarah Cina yang berjudul Chiu T’hang Shu disebutkan pernah mendapat kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih, sebutan untuk orang Arab, pada tahun tahun 651 Masehi atau 31 Hijirah. Empat tahun kemudian, dinasti yang sama kedatangan duta yang dikirim oleh Tan mi mo ni’. Tan mi mo ni’ adalah sebutan untuk Amirul Mukminin. Dalam catatan tersebut, duta Tan mi mo ni’ menyebutkan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dan sudah tiga kali berganti kepemimpinan. Artinya, duta Muslim tersebut datang pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan.

Adalah Sultan Muhammad I dari Kekhalifahan Utsmani yang pada tahun 808H/1404M pertama kali mengirim para ulama (kelak dikenal sebagai Walisongo) untuk berdakwah ke pulau Jawa. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim- ahli tata pemerintahan Negara dariTurki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad Al-maghribi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M dating tiga ulama ke Jawa menggantikan yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syekh Ibrahim dari Samarqand (yang dikenal dengan Ibrahim Samarqand) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Padjajaran (Sunan Gunung jati). Mulai tahun 1463M makin banyak ulama yang menggantikan yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan, Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban, Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang ), dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajat) Putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putrid Prabu Kertabumi Raja Majapahit (Rahimsyah, Kisah Wali Songo, tanpa tahun, Karya Agung, Surabaya).

Keeratan hubungan khilafah Utsmani dan Umat Islam di Nusantara digambarkan oleh Snouck Hourgroye, “Di kota Mekah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memom¬pa¬kan darah segar keseluruh penduduk muslimin di Indonesia.” (Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, 1986).Snouck Hourgroye, memahami titik sentral dan jantung kehidupan agama Islam sehingga dengan kefasihan bahasa arab dan ilmunya tentang Islam mampu memetakan umat Islam di Nusantara untuk memelihara kekuasaan Hindia Belanda atas Nusantara dengan konsep politik yang ia dikenal hingga saat ini yaitu; Devide et Impera (Pecah belah lalu kuasai).

Tetapi bukan hanya wilayah nusantara yang dipecah belah lalu di kuasai, wilayah Timur Tengahpun tidak luput dari konsep politik ini, memecah belah lalu menguasai hingga saat ini. Bagi Hourgroye Islam adalah memusuhi bukan mengasihi, bagi seorang Snouck Hourgroye beragama Islam itu memukul bukan merangkul.

Saya hanya ingin mengatakan kepada kita semua, para penyebar ajaran Islam di Nusantara selalu sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe, sehingga hasilnya kita di Nusantara hari ini adalah agama mayoritas tanpa kekerasan dan penuh dengan hikmah dan contoh yang hasanah (baik). Maka, jika saudara-saudara kita ada yang menyimpang dari ajaran Islam ini yang harus kita lakukan adalah mempersatukan, membina, mengasihi, merangkul dan menunjukan pada mereka jalan yang baik dengan cara yang tidak memaksa. Tapi jika kita berlaku sebaliknya, mka berpikirlah, jangan-jangan kita semua jelmaan dari Snouck Hourgroye itu.

Al Qur'an Ruh-nya Ilmu Pengetahuan

''Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.'' (QS Az Zumar Ayat 9)

Potongan dari ayat diatas adalah salah-satu bentuk teguran Allah SWT agar manusia senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan (sains) terutama yang tertuang dalam sabda Allah di Al Qur'an. Ayat tersebut juga merupakan penekanan atas keunggulan 'orang alim' yang memiliki Ilmu pengetahuan. Seharusnya teguran-teguran seperti itu membuat masyarakat muslim menyadari betapa pentingnya mempelajari sains, juga menjadi sebuah pendorong untuk lebih berfikir secara ilmiah.

Menurut Ds Muhammad Ijazul Khotib, dari Universitas Damaskus, dalam Al Qur'an setidaknya terdapat sekitar 750 ayat hampir seperdelapan seluruh isinya menegur orang-orang mukmin untuk mempelajari alam semesta, untuk berfikir, dan untuk menjadikan kegiatan ilmiah ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat. Hal ini pula yang membuat perkembangan sains dunia Islam terutama pada abad ke VIII, IX sampai XI, sangat maju. Sebab pada saat itu umat Islam benar-benar mengikuti perintah yang di ulang-ulang Allah dalam Al Qur'an.

Masa keemasan Islam dalam dunia Sains bahkan tersohor sampai di pelosok Eropa. Bahkan Stodard salah satu penulis Eropa memuji kebangkitan dunia sains Islam. Dia menggambarkan ketakjuban yang sangat mendalam. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu se abad (abad ke VI sampai ke VII) dari Gurun yang tandus di Jazirah Arab, di tambah suku bangsa yang terbelakang Ilmu pengetahuan bisa berkembang pesat, bahkan ajaran Islam sendiri bisa menyebar hingga menggenangi hampir separuh dunia. Kondisi ini merupakan peristiwa yang amat menakjubkan dalam sejarah manusia.

Allah memberikan petunjuk pada manusia untuk terus menggali Ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam semesta yang menggambarkan kebesaranNya. Semua itu dijelaskan dalam Al Qur'an. Sebagai contoh: Surat Al Mukminuun ayat: 12-14. Allah berfirman, '' Dan sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian kami jadikan saripati itu tersimpan didalam tempat yang kokoh. Kemudian kami dari saripati itu segumpal darah. Maka kami ciptakan dari segumpal darah itu segumpal daging. Maka kami ciptakan dari daging itu, tulang-belulang dan kami bungkus tulang belulang itu dengan daging, kemudian Kami jadikan dia mahluk dalam bentuk lain. Maka maha Sucilah Allah. Pecnipta yang paling baik.'' (QS. 39:12-14)

Surat Al Mukminuun itu jika kita telaah lebih jauh, sebenarnya menjelaskan tentang proses terciptanya manusia, dari proses pembuahan hingga perkembangan janin didalam rahim yang sampai saat ini dipakai dunia kedokteran untuk menjelaskan pertumbuhan bayi dalam rahim. Sungguh Allah Mahabesar, dan mengetahui apa seisi langit dan bumi. Sebelum orang-orang Eropa berhasil mengungkap dan menjelaskan proses perkembangan janin dalam rahim, AL Qur'an sudah mengatakan hal itu 1500 tahun yang lalu. Dan ratusan contoh lain yang diungkap oleh Al Qur'an. Maka dari itu,

Oleh: Nur Fahmi Magid / Diterbitkan di Bulletin Madani -Dewan Masjid Indonesia- Edisi IV 2009

Langit Sekarang Adalah Gambaran Masa Lalu

Jika pada suatu malam yang cerah, kita duduk disebuah tempat yang terbuka, dimana langit terlihat cerah dengan segala perhiasan bintang yang jumlahnya ribuan, tentu kita akan takjub. Sungguh besar ciptaan Allah SWT. Langit dengan segala keindahannya, bintang-bintang yang terang, bulan, dan benda-benda lain yang semua mengorbit pada satu jajaran garis yang tak berubah dan tak berbenturan. Namun, jika kita fikirkan lebih jauh lagi, ternyata langit bisa juga dijadikan contoh gambaran waktu sepanjang masa. Bagaimana bisa? Dari tulisan ini saya mencoba, semoga menjadi sebuah diskusi yang bisa dipahami.

Dalam sebuah sebuah Ayat, Allah berfirman: ''Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun'' (QS. AL Ma'arij 70:4)

Sungguh, ketika kita berfikir tentang waktu, maka kita akan kesulitan untuk menemukan jawabannya. Bahkan dalam ilmu filsafat, waktu bisa dikatakan sebagai sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Dalam kamus bahasa pun tidak dijelaskan secara terperinci tentang apa itu waktu. Lalu kenapa kita hubungkan dengan keadaan langit saat cerah? dimana korelasinya?

Dalam ilmu Fisika modern, telah ditetapkan, bahwa kecepatan yang paling cepat di alam ini adalah kecepatan cahaya dimana geraknya mencapai 300.000 KM per detik. Jadi setiap satu detik, cahaya yang disorotkan menempuh jarak hingga 300 ribu KM jauhnya. Sampai saat ini, manusia belum bisa menciptakan kendaraan yang bisa menembus kecepatan tersebut. Dan ada sebuah teori yang menjelaskan, jika sebuah benda (yang terdiri dari kumpulan partikel-partikel) jika dipercepat sebesar kecepatan cahaya, maka benda tersebut akan tercerai-berai. Tidak mungkin manusia bisa membuat pesawat yang super canggih dengan kemampuan kecepatan cahaya. Karna biar sepadat apapun sebuah benda akan pecah berkeping-keping dengan jika harus dipercepat 300 ribu KM per detik. Satu-satunya yang bisa dipercepat dengan cahaya adalah cahaya itu sendiri. Karna tidak memiliki berat.

Mari kita simak Ayat berikutnya, Yakni Surat Al Mulk ayat :3. ''Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?'' (QS AL Mulk 67:3)

Jika kita pahami ayat tersebut, dan kita hubungkan dengan pemandangan langit yang kita saksikan pada suatu malam yang cerah, maka saya yakin, anda akan takjub dan mengaggumi kebesaran Allah SWT. Bagaimana tidak, dilangit yang kita saksikan dengan kasat mata, terdapat ribuan bintang, planet, satelit yang mengelilingi planet, semua bisa bergerak dengan jalurnya masing-masing dan tidak bertabrakan antara benda satu dengan yang lainnya. Sungguh dzat yang maha besar yang bisa mengatur segala pergerakan tersebut.

Lalu bagaimana jika kita hubungkan kondisi ini dengan waktu? menurut saya, saat kita berdiri di malam yang cerah dengan pemandangan bintang-bintang dilangit, sebenarnya kita telah menyaksikan pemandangan masa lampau. Mungkin kurun waktunya antara 10 tahun, atau 1000 tahun yang lalu bahkan 1 Milyar tahun yang lalu. Pemandangan yang kita saksikan malam itu bukanlah pemandangan saat itu juga. Tentu anda akan bertanya? kok bisa? mari kiita kembali pada hitungan tempuh waktu yang tercepat seperti yang saya tuliskan diatas.

Dalam sebuah ketetapan, kecepatan cahaya memiliki kecepatan tertinggi yakni 300.000 Km per detik. Jika jarak bulan dengan bumi adalah 350.000 KM, maka bisa dikatakan, cahaya bulan (pantulan dari matahari) bisa kita lihat dibumi dalam hitungan sekitar 1,3 detik. Jadi cahaya bulan yang kita lihat saat ini adalah cahaya yang muncul 1,3 detik yang lalu. Begitu juga benda-benda yang lain. Dalam ilmu astronomi, diketahui jarak bintang dan bumi sangat variatif. Ada bintang yang memiliki jarak 8 tahun cahaya. Artinya pemandangan yang kita lihat pada saat itu merupakan pancaran 8 tahun yang lalu. Bahkan ada bintang yang jaraknya mencapai 1 juta tahun cahaya, maka pancaran yang bisa kita saksikan pada saat itu adalah pancaran 1 juta tahun yang lalu!. Bahkan ada bintang yang memiliki jarak sekitar 10 Milyar tahun cahaya yang bisa kita saksikan pancarannya di Bumi, artinya cahaya yang kita saksikan merupakan sinar yang muncul 1 Milyar tahun yang lalu!! Karna itu, jika kita berdiri pada suatu malam yang cerah, sungguh kita telah menyaksikan pemandangan lintas waktu. Pemandangan masa lampau yang kita nikmati saat ini. Subhanallah...

''Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,'' (QS. Al Mulk 67: 3)

Hitungan tersebut juga bisa anda gunakan untuk melihat siang. Cahaya matahari misalnya. Seperti diketahui, jarak antara matahari dan Bumi mencapai 150 juta KM. Jika mengacu pada kecepatan cahaya (300 ribu KM/detik) maka cahaya dengan jarak tersebut sinar Matahari bisa mencapai bumi membutuhkan waktu sekitar 8 menit. Jadi bisa juga dikatakan, sinar matahari yang kita nikmati di bumi, tak lain adalah sinar yang muncul 8 menit sebelumnya. Sungguh langit adalah hamparan waktu, dimana semua merupakan gambaran masa kini tapi sudah terjadi pada masa lampau. Sungguh jika kita pahami semua benda-benda langit maka kita akan semakin yakin akan kebesaran Allah, dan kita akan semakin merasa sebagai mahluk yang tak ada apa-apanya jika dibanding kebesaranNya.

'' Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah'', (QS Al Mulk 67:4)


Oleh: Nur Fahmi Magid / Diterbitkan di Bulletin Madani Edisi V 2009

Berita Batam