Thursday, January 22, 2009

Senja Bersorban Tangis

''menjelang eksekusi Amrozi CS''


Sebuah senja bersorban tangis berawal dari langit-langit,
diantara sudut kota Pashawar,ditengah-tengah Afganistan

Di Padang pasir,diantara Oase dan Fatamorgana yang kerap muncul.

Tuhanku..penuntunku...Koemandanku..ustadku, siapapun engkau!pergilah dari sana.Berlarilah ke Legian, saksikan senja lain yang menangis.

Disana, di Kuta pada 2002, tak lebih buruk dari suasana seperti Kota Falujah saat ini. Bagi segelintir mereka, jubah dan sorban putih hanya wajib dicuci dengan darah, dengan air mata!

Atas namamu TUHAN....Atas Namamu Komandan...siapapun engkau!

Kedamaian di Kuta menjadi sebuah mimpi buruk. Senja menarik yang diharapkan, justru bersorban tangis, Tiga bersaudara laksana ababil muncul membelah malam.

Anyir, harum darah mengalir. Merah mengusta membelah malam.
Lenguh dan peluh, merambat menggerogoti gelap. Angin melambat, hanya suara teriakan menjerit dari mulut-mulut tak berdosa.

Dari sebuah sudut, diantara jilatan Api yang membakar, muncul teriakan, ''HELP me.......I don't Want To die now!,'' Namun sejenak teriakan itu pun lenyap ditelan keganasan api yang muncul mirip amukan dewa RA.

Tuhanku...Komandanku, Siapapun engkau! Katakan..apakah itu seperti perintahmu? Seperti anggapan tiga ababil itu, atas namamu?

Jika itu merupakan jalan kebenaran, kenapa sejarah selalu Kau Gariskan berjalan beriring dengan penderitaan?

Tuhanku....Penuntunku,.,,Komandanku, siapapun engkau... Pergilah, pergilan dari pura-pura, bawalah salju dari Peterburg sejukan Kutaku, sejukan Baliku, Indonesiaku. Bukankah di sahara yang membakar kadangkala dingin menusuk? Berikan takdirmu tuhan.


Oleh:
Magid, antara hari, 2008

No comments:

Berita Batam