Ombak tak berbuih, datang menggulung-gulung
mereka saling bertumpu, saling bertubruk
yang besar memangsa gulungan kecil
kemudian sama-sama terdampar, disini, dipantai subuh
Ombak tak berbuih
Seperti mesin politik masa kini
Saling menghantam, saling bertubruk,
Dalam pergulatan yang tak terhentikan
Yang kuat, memangsa yang lemah
dan rakyatku mirip batu dipinggir pantainya
Yang hanya bisa melihat, meski sebagian menjilati rasanya
Kemudian berharap mendung telanjang meluluhkan semua
Dan Nelayan, buruh, serta kaum miskin kota semakin teraniaya.....
Magid, 2009
Friday, May 1, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Wah,,,, puisinya bagus mas...
^_^ pandai menulis puisi yak...
Lam Kenall...
tks.....belajar mas. Karna hidup ini adalah sebuah sekolah tanpa batas...anda, saya, kita semua adalah pelajar tuhan yg harus mengikuti kurikulum alam..sampai titik dituliskan. Seperti sebuah kalimat panjang, maka titik adalah saat kematian
Post a Comment