Wednesday, January 20, 2010

Nasabah Bank Kuwait pun Bisa Bobol di Indonesia

Jakarta - Kasus pembobolan rekening nasabah bank di Indonesia memang beragam. Bahkan salah satunya dialami oleh seorang nasabah bank di Kuwait.

Harry Riyanto adalah praktisi teknologi informasi asal Indonesia yang saat ini bekerja sebagai IT Manager di sebuah hotel berbintang di Salmiya, Kuwait. Melihat maraknya berita mengenai raibnya dana nasabah bank-bank di Indonesia, Harry tergerak untuk bercerita melalui email yang diterima detikINET, Rabu (20/1/2010).

Menurut Harry, raibnya uang yang terjadi secara halus mengindikasikan keterlibatan sindikat internasional. Ia berpendapat, hal ini tak bisa dianggap remeh dan perlu ditindaklanjuti.

"Saya rasa prosesnya bukan melalui proses penggunaan alat untuk duplikasi atau kloning pada kartu ATM atau kartu kredit yang dikenal dengan modus skimming, karena setiap ATM mempunya CCTV yang akan merekam wajah pelaku, tetapi sudah pada tahapan menjebol informasi yang ada di bank itu sendiri," tuturnya.

Harry mengambil kesimpulan itu dengan berkaca pada kasus serupa yang menimpa dirinya. Ketika itu, ujar Harry, ia sebagai nasabah bank di Kuwait mengalami pembobolan di Indonesia.

"Kejadian menimpa saya adalah ketika suatu hari saya mencek saldo kartu kredit saya yang dikeluarkan oleh NBK (National Bank of Kuwait) karena transaksi terakhir yang saya lakukan di-decline. Saya terkaget-kaget karena dalam rincian transaksi digunakan untuk belanja di sebuah toko komputer di Pondok Indah Mall, belanja sepatu di Bucherri dan ada transaksi di sebuah café di Jakarta," tuturnya.

Padahal, lanjut Harry, selama tanggal transaksi tersebut ia tidak sedang berada di Indonesia. "Kalau pun pulang ke Indonesia juga tak pernah menggunakan kartu kredit yang dikeluarkan Kuwait karena selisih nilai tukar yang tinggi. Itu artinya kartu kredit saya yang dikeluarkan oleh bank diKuwait telah dikloning," tukasnya.

Sebelum kasus itu terjadi Harry menuturkan bahwa ia selalu berhati-hati dalam menggunakan komputer dalam transaksi online. Komputer dan piranti lunak yang digunakannya selalu bersih dan terupdate. Ia pun menggunakan Virtual Private Network (VPN) dengan keamanan berlapis. Oleh karena itu Harry yakin bahwa kasus yang terjadi adalah pembobolan informasi yang dimiliki oleh bank.

Tidak seperti kasus lain di Tanah Air, bank tempat Harry membuat kartu kredit itu bisa membatalkan transaksi colongan yang terjadi. "Transaksi senilai Rp 20 juta yang tidak saya lakukan tersebut dikembalikan dalam waktu 2 minggu kemudian, satu hal lagi yang bisa dijadikan contoh (bagi bank di tanah air). Nasabah kecil pun diperhatikan dan bukan dipersulit ketika mendapatkan masalah," ia berkisah.

Harry menutup kisahnya dengan sebuah pertanyaan yang patut dijawab oleh mereka yang berwenang. "Saya rasa ini PR untuk orang IT untuk menangani security di bank lebih ketat lagi dan kasus saya di atas sebagai contohnya. Banyak orang yang awam dan tidak hati-hati menggunakan internet sebagai media transaksi, atau memang (ada) informasi nasabah yang dicuri dari bank itu sendiri? Ini adalah sebuah teka teki yang perlu segera dijawab," ia menandaskan.

No comments:

Berita Batam