Tuesday, October 27, 2009

Sumpah Pemuda, Indonesia dan Antagonisme


Indonesia....merdeka! merdeka! pekik itu menggema ditengah-tengah kerumunan pemuda dari berbagai daerah, 81 tahun lalu. Ketika bangsa ini mulai mengikrarkan akan bertanah air satu, berbangsa satu berbahasa satu. Langkah ini adalah bentuk kemajuan dari perjuangan Indonesia mencapai sebuah cita-cita, yakni MERDEKA. lepas dari apapun yang selama ini dianggap menjajah. Sumpah itu sendiri juga tak bisa menjawab kata 'persatuan' yang kita eluhkan. Toh kata 'Indonesia' yang dipekikan kala itu hanyalah sebuah nama, yang entah darimana datangnya.

Bisa dikatakan sumpah pemuda bukan mewakili ''bangsa Indonesia'' secara keseluruhan, dari Sabang sampai Merauke. Bukankah hanya beberapa daerah saja yang kala itu hadir dalam sumpah yang kini kita kenang hari dan tanggalnya. Sumpah pemuda bukanlah sebuah kesepakatan 'bangsa Indonesia' secara keseluruhan. Karna definisi Indonesia kala itu masih belum jelas. Siapa yang bisa dikatakan orang Indonesia, masih belum jelas. Siapa yang masuk dalam kategori, orang Indonesia juga belum ada penjabaran. Semua datang dari klaim dan semangat yang muncul secara tiba-tiba. Yang ada hanyalah sebuah penajaman kata Bukan.
Dan kata 'Bukan' itulah yang pada akhirnya memunculkan kata 'Indonesia'. Yah, Indonesia adalah Bukan jajahan belanda, Indonesia Bukan jajahan Jepang. Indonesia Bukan hanya jawa. Indonesia Bukan hanya Sumatra. Indonesia hanya bisa dijabarkan dengan kata bukan. Begitu juga sumpah pemuda, hanya menegaskan, jika pemuda mengakui bahwa Indonesia itu satu, bukan sumatra, bukan hanya jong jawa, bukan hanya jong selebes, tapi keseluruhan wilayah dari Sabang hingga Merauke. Sumpah itu juga tidak bisa kita simpulkan bahwa Indonesia sudah bersatu. Toh kenyataan, sejarah, tak mencatat Sumpah pemuda di ikuti peserta dari dari keseluruhan wilayah negeri ini, Papua, Maluku, dari daerah2 yang masih jadi bagian teritorial wilayah NKRI.
Ketidak sepakatan itu memunculkan sebuah gerakan pemberontakan. Kita lihat sejarah telah mencatat setidaknya beberapa kali negeri ini diterror dengan aksi pemberontokan di daerah. Mulai pemberontakan DI/TII, Hingga G 30 S PKI. Pertentangan ini lagi-lagi didasari kata Bukan. Ya, bagi orang-orang DI/TII mungkin dibenaknya beranggapan, Indonesia ini bukanlah negara sekular, tapi negara Islam. Kata bukan ini memunculkan sebuah gesekan yang membawa pertumpahan darah. Sementara itu, bagi aktivis PKI, kala itu mereka menjabarkan, Indonesia bukanlah negara Kapitalis, tapi Komunis. Kata bukan yang ditekankan dalam pendapat ini membawa pertentangan mendasar pada sebuah ideologi yang pada akhirnya harus mengorbankan tak sedikit tubuh tak berdosa. Kata 'bukan' memang menakutkan. Setidaknya bangsa ini pernah jatuh bangun karna kata 'bukan'. Indonesia....ah, bukan.

Meski demikian, toh tak ada yang peduli apa itu Indonesia. Nama yang diambil dari sebuah pertentangan, sebuah proses antagonisme, hanya menjadi sebuah simbol dengan batas-batas fisik yang mencolok. Sampai sekarang tak ada yang tahu, apa itu Indonesia? apa arti nama ini? Indonesia hanyalah deretan wilayah daratan dan lautan dari Sabang hingga Merauke. Tapi toh, Timor Leste sudah lepas. Indonesia adalah kumpulan beberapa suku dari ujung barat hingga ujung timur, tapi toh kenyataanya tak sepenuhnya masyarakat Papua dan Maluku sepakat. Jadi benar, jika Indonesia dan sumpah pemuda hanyalah sebuah klaim. Tak bisa mewakili yang dikatakan Indonesia secara keseluruhan, seperti kata 'Bineka Tunggal Ika''.

Indonesia, Jika anda tanyakan pada seseorang, maka kalimat Shakespeare satu-satunya menjadi jawaban. ''apalah arti sebuah nama?'' begitulah kira-kira jawaban yang ada dapat. Pernyataan ini sekaligus bentuk pengelakan kita untuk mendefinisikan kata 'Indonesia''. Sebuah ketidakjelasan maksud membuat bangsa ini juga memiliki arah yang tidak jelas juga. Yang kita tahu hanyalah satu, Indonesia adalah Bukan. Indonesia bukanlah jajahan siapapun. Indonesia bukan bagian dari jepang. Indonesia bukan bagian dari belanda. Indonesia adalah Indonesia.

No comments:

Berita Batam