Wednesday, May 20, 2009

Hari Marwah, Kepri 15 Mei 2009

Masikah kita bermarwah? sebuah pertanyaan yang kerap penulis dengungkan dalam hati sendiri. Hal ini melihat kenyataan, masyarakat Kepri yang kian tahun kian terpuruk. Baru-baru ini kita mendengar sebuah berita santer tentang 80 Siswa Hinterland yang putus Sekolah karna kurang biaya. Pernyataan yang dikutip salah satu koran Haran di Batam itu dikeluarkan resmi Oleh Pemerintah Kabupaten Bintan melalui bupati Ansar Ahmad. Jumlah itu hanya untuk satu Kabupaten Kota. Belum lagi di daerah lain di Kepulauan Riau ini. Ketika pemerintah mendengungkan program wajib belajar 9 tahun, justru di lapangan banyak anak-anak kita yang tak bisa melanjutkan sekolah. Distorsi yang menyakitkan untuk Kepri.

Belum lagi persoalah penduduk miskin. Tiap tahun Jumlah penduduk miskin di daerah ini semakin meningkat. Program-program pemberdayaan ekonomi yang digalakkan pemerintah hanya menjadi ajang lips service semata. Sebab, kenyataan dilapangan, sangat jauh dari apa yang kita harapkan semua. Di hinterland Nelayan yang semakin terpinggirkan karna kehadiran kapal-kapal asing yang lego jangkar sembarangan. Ikan semakin sulit ditemui. Hasil tangkapan menurun. Sedangkan di kawasan Industri, Buruh-buruh banyak ter-PHK lantaran gempuran krisis Global yang tak terelakkan. Apa yang dilakukan pemerintah?

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah tolok ukur keberhasilan pembangunan di daerah. Sebab, langsung berkaitan dengan program-program yang menyentuh masyarakat. Tapi di Kepulauan Riau, dari total mata anggaran yang dibubuhkan dalam perda, ternyata sebagian besar digunakan untuk membangun Ibu Kota Provinsi. Menyulap Pulau Dompak menjadi kawasan yang modern yang cocok sebagai pusat pemerintahan. Sementara anggaran pendidikan yang menempati urutan terbesar kedua atau sekitar 20 persen ternyata jika kita teliti lebih lanjut,besaran itu tidak menjadi jaminan terhadap peningkatan pendidikan di Kepri. Sebab, dari total 20 persen yang dianggaran untuk pendidikan sebagian besar merupakan pembiayaan aparatur atau hanya menjadi beban pegawai. Sungguh ironis! masyarakat hanya diberikan harapan semu melalui pemberitaan di media yang menggembar-gemborkan besarnya anggaran pendidikan, padahal bukti sudah didepan mata. 280 siswa putus sekolan di Bintan, belum di Kabupaten/Kota lainnya.

Masikah kita memperingati hari marwah?

Masyarakat Kepri tiap 15 Mei selalu memperingati hari marwah. Sebagai bentuk kebanggan atas berdirinya Kepri sebagai provinsi baru yang memisahkan diri dari Provinsi Induk (Riau). Para elit politik tentu punya misi lain dibalik isu hari marwah. Sebab, penulis melihat, para elit politik di Kepri tiap tahun selalu menjadikan hari marwah untuk memperoleh simpati masyarakat. Ada kelompok-kelompok yang terpinggirkan yang dulunya sama-sama berjuang demi beridirinya Kepri, merapat disatu barisan. Mereka menentang kelompok lain yang kini duduk di tampuk kekuasaan. Dan ini terjadi tiap tahun, tiap hari marwah. Yah, hari marwah hanya membawa perpecahan demi kepentingan segelintir elite politik.

Penulis memiliki mencermati sejak beberapa tahun lalu. Pada satu kesempatan 2007 sekit penulis diundang dalam satu pertemuan yang mungkin 'rahasia' disebuah Hotel di Batam. Setengah penasaran, penulis mendatangi hotel yang ada dibilangan Nagoya itu. Disebuah kamar, terlihat 3 orang wartawan (yang ternyata rekan sesama liputan di Batam) dan 2 orang yang merupakan tokoh pendiri Provinsi Kepri.

Disana sang tokoh (penulis sengaja tidak menyebutkan nama) mengajak untuk merencanakan sebuah aksi di Lapangan Pamedan,Tanjungpinang, dengan pengerahan masa gabungan dari Batam dan beberapa daerah lain. Aksi ini adalah sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah provinsi yang tidak mengakomodir kepentingan masyarakat. Ternyata aksi yang dirancang sematang mungkin itu berakhir sia-sia. Sebab, pada saat hari H, muncul kelompok lain yang mengklaim sebagai kelompok yang juga punya andil dalam pembentukan Provinsi Kepri membuat aksi serupa. Cacian, makian, kutukan muncul dari orasi beberapa sahabat yang naik ke podium. Akhirnya koran yang terbit pada hari berikutnya menjadi ajang perang opini...ah...politik!. basa-basi kasak kusuk....buih! Rakyat hanya bisa ''ambil hikmahnya aje'' moga gak terus dibohongi politisi Kepri. Toh Hari marwah tahun ini mereka udah keliatan bareng-bareng lagi, gak saling gontok-gontokan, moga acara seremoni yang dibuat bersamaan (dari dua kelompok yang dulunya pecah) bukan buat proyek PILGUB tahun depan.Kira-kira siapa ya? ' "Awas ada misi kelompok yang dulu terbuang mau dirangkul ni ye? jangan-jangan jadi pasangan Gub-Wagub nih tahun depan?''...

No comments:

Berita Batam