Thursday, January 22, 2009

Insomnia Bersama Bulu Tangkis dan Maha Esa, sampai Subversi

Oleh: magid

Malam semakin larut, namun mata tak kunjung surut, meski coba kupejamkan namun rasa ngantuk itu tak kunjung tiba. Dengan menghisap rokok Marlborro, kupandangi sebuah kaca yang berada di kamar ini, benar saat ini aku boring. Melihat Notebook, sudah males, rasanya lelah sekali, dan tak ingin bicara sama siapapun, termasuk kebiasaanku chating. Tiba-tiba kulihat secarik teks Pancasila yang tertulis dalam sebuah buku terbitan tahun 1980-an koleksi yang sempat kubeli saat mengunjungi Kota Malang awal tahun 2007 lalu. Yah..buku itu lusut, sebab belinya juga di pasar loakan. Lusut, tapi antik, seperti mataku terlihat di depan cermin, dan Marlborro yang hanya tinggal beberapa batang lagi.

Sontak, teks Pancasila itu kuhayati. Lima bagian yang di keramatkan, biasa orang menyebutnya dengan sebutan 'lima sila' itu seakan menggugahku untuk memikirkannya. Seperti nun di luar sana yang tak kunjung terlihat, begitu juga fikiranku, tak bisa beranjak dari kelesuhan ini. Kata demi kata kulihat, tiba-tiba mataku tertuju pada kata Maha Esa. Sila pertama sekaligus merupakan jati diri bangsa Indonesia yang berketuhanan. kata itu sudah lama kupahami sebagai Tuhan Yang satu, atau Yang Maha-satu. Esa berasal dari bahasa sansekerta yang berarti satu. Namun saya melihat, imbuhan Maha sebagai penguat kata 'Esa' seprtinya agak menggelitik.

Sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan, saya melihat kata Maha senantiasa di gabung jika mendapat imbuhan kata sifat. Sebagai contoh, yang Mahakuasa, Mahabesar. Namun kenapa di dalam teks Pancasila kata Maha dan Esa di pisah? Sebenarnya mungkin dalam bayanganku, cukup banyak orang yang paham soal ini. Mereka, para ahli linguistik, para pakar bahasa tentu sudah paham akan kesalahan penulisan ini, tapi kenapa tidak ada koreksi? Ah..saya ingat, satu aturan di negeriku sana, bahwa mereka yang menentang pancasila akan dicap subversi, apalagi melakukan perubahan, tentu alasan itu yang membuat semua orang enggan melakukan koreksi, dan akhirnya membenarkan apa yang sudah dibuat. Subversi!! ah,,jadi takut.

Aku temukan jawabannya!! teriakku didalam hati. Kutinggalkan buku yang usang itu, kuambil remote bermaksud melihat siaran televisi. Kebetulan saya terpaku melihat berita olah raga yang disiarkan salah satu stasiun televisi Malaysia. Disana menyiarkan profil kegagahan pebulutangkis Indonesia dalam menjuarai beberapa turnament internasional.

Lagi-lagi, pikiran saya tertuju pada kata 'Bulu Tangkis' -kenapa masyarakat Indonesia maupun Malaysia menyebut olah raga yang erat dengan permainan Kok (terbuat dari bulu) itu dengan bulu tangkis? Sebutan ini, sedikit menggelitik. Biasanya dalam bahasa Indonesia, untuk menyebut sebuah cabang olah raga, selalu mendahulukan kata kerja, sebagai contoh Sepakbola (Sepak+bola). Sepak adalah kata kerja sedangkan bola untuk mempertegas olah raga yang dimaksud. Begitu juga contoh lain, misalnya, Lempar Lembing, Panjat Tebing, Balap Motor. Tapi kenapa Bulu tangkis, tidak Tangkis Bulu?

Kembali ku hisap Marlboro terakhir di kotak rokok ini. Barangkali kutemukan jawabannya, seraya sang penyiar menceritakan tentang sosok juara Bulu Tangkis taufik Hidayat. Yah..jawaban ini kutemukan!! Barangkalai penyebutan Bulu Tangki dengan meng-akhirkan kata kerja untuk sebutan itu adalah demi sebuah kesopanan. Seperti halnya adat ketimuran Indonesia, selalu menjunjung tinggi nilai kesopanan, termasuk dalam tata bahasa. Mungkin jika kata itu dibenarkan mengikuti ejaan yang kaku, yakni Tangkis Bulu bukan Bulu Tangkis, maka kedengarannya kata itu jadi lucu, ketika menyebut taufik Hidayat.

Jelas tidak sopan jika kita menyebut ''Taufik Hidayat Juara Tangkis Bulu Laki-laki''- ini tidak memenuhi kaidah kesopanan, dan terkesan lucu. Seorang juara tangkis bulu laki-laki. hahahah,,,,,haha,,,,,,sedikit kutertawa, menurutku hal yang kaku akan tereksan lucu, meski mungkin benar. Maka yang sopan, ''taufik merupakan juara Bulu Tangkis laki-laki'' - HUh..sederhana, lucu, dan menggelitik memahami bahasa kita Indonesia, aneh dan mungkin anda juga temukan jawaban yang lain.

Yah...sudahlah, mataku juga sudah mulai 5 watt, rokok juga sudah tak berasap lagi. Tak terasa asbak di depanku penuh. Mending kusuruh istirahat mesin kepalaku ini!!

No comments:

Berita Batam