Bagaimana aku harus bicara pada Tubuhku
Pada jagad raya kecil dihatiku yang kekal
Karna ia terlalu sulit dikendalikan, terlalu rumit untuk kupahami
Disana, dibalik kulit itu, memang tersimpan jutaan harapan
Seperti suara percikan air yang lirih, kuberkata: ‘’dimanakah kau kini harapan itu!’’
Bagaimana aku harus bicara pada Tubuhku
Pada cinta, yang pernah singgah, disela katub-katub asaku
Karna semua telah hangus, terlalap api kesombonganku
Dimanakah aku kini, diatas bukit harapan, tak berpuncak
Di jalan kehidupan, tak bertitik
Kembali kuberkata: ‘‘sesatkah aku?’’
Bagaimana aku harus bicara pada Tubuhku
Soal rapor dosaku, yang tertoreh, seiring jalannya waktu
Sungguh! aku tak ingin…kekal seperti ini
Diatas bahtera, melarung dilaut tak berpantai
Bagaimana aku harus bicara pada Tubuhku
Soal darah yang mengalir tanpa membawa ayat-ayatNya
Soal tulang yang menyangga, tanpa bersujud untukNya…
Soal otak yang tak pernah memikirkanNya
Yang membawaku pada kesamaran hidup yang semakin kerontang
Terseret angin, dipadang tak berpasir
Bagaimana aku harus bicara pada Tubuhku
Pada tangan yang jarang ber-Takbir padaNya
Pada hati yang kerap kali melupakan kehadiranNya
Sumpah! Aku inginkan diriNya
Aku haus hadirNya
Agar tubuhku tak menuntutku!
Agar aku bisa jelaskan semua!!
oleh: Nur Fahmi Magid
No comments:
Post a Comment