Tuesday, October 23, 2007

Chavez, Robin Hood Abad 21

Dialah hugo Chavez sosok yang menakutkan bagi Amerika Serikat, namun sangat di cintai masyarakat antar negara di Amerika Latin. Yah..namanya cukup di kenal dan di puja sebagai Robin Hood di mata masyarakat miskin,para buruh, orang-orang tertindas, tidak hanya di negrinya saja-venezuella, tapi juga demam chavez itu bahkan menembus pelosok negeri-negeri tetangga. Dari Sao Paolo Brasil, Buenos Aires Argentina, hingga di negri yang dijuluki dedengkotnya Marxis Amerika latin, Kuba. Hal ini tentunya tidak lepas dari keberanian Chavez yang kini genap berusia 53 tahun itu untuk dengan berdada tegap menentang dominasi Amerika Serikat di negara-negara latin.
Siapa sih Chavez? jika anda tanyakan hal itu, maka rakyat Venezuella akan menjawab, ''Dialah yang memberi kami makan, dari hasil kekayaan minyak yang kami miliki''. Tapi jika pertanyaan itu anda tanyakan pada pegawai kantor PBB, maka orang itu akan menjawab,''Dialah satu-satunya pemimpin yang berani menentang, dan memaki presiden Amerika Serikat dalam majelis terhormat PBB,''. Fantastis!
Anda tentu ingat, ketika krisis terjadi di Argentina, negara tetangga Venezuella, tepatnya pada 2005 lalu. Ketika itu, Argentina dilanda kebangkrutan ekonomi, setelah terjerembab lilitan hutang dari Badan Moneter Internasional (IMF), ekonomi negara itu hancur. Namun, ketika Chavez melihat hal itu, dia datang bak 'sinterklas' hadir memberikan pertolongan. Seluruh utang Argentina di bayarnya seraya membeli obligasi senilai US$ 5,1 miliar. Bahkan sampai saat ini, Nestor Kirchner, Presiden Argentina tak akan melupakan jasa El Comandante itu. ''Dia selalu hadir saat kami butuhkan,'' ungkap Krincher seperti tertulis dalam sebuah berita terbitan Buenos Aires. Fantastis bukan, sosok pemimpin ini menurut saya layak mendapat julukan pemimpin besar abad 21.
Bagaimana Chavez bisa seperti itu? Ini tentu saja tak lepas dari peranan Simon Bolivar, sang legenda yang menjadi panutannya selama ini. Bahkan ketika terpilih menjadi presiden untuk yang ketiga kalinya, Chavez dengan tenang mendeklarasikan Sosialisme abad 21 sebagai Revolusi Bolivar-nama ini tentu di comot dari nama Simon Bolivar pahlawan yang menjadi legenda di venezuella. Selain di pengaruhi Simon Bolivar, Chavez juga sering mengulang kata-kata revolusioner Che Guevara, dalam menentang dominasi Amerika Serikat yang mengumbar 'NeoKolnialisme'.
Chavez sendiri terpilih menjadi presiden pertama kali pada 1999. Pada saat periode ini belum banyak yang dilakukannya. Namun pada periode berikutnya, Chavez menggemparkan dunia, termasuk Amerika Serikat. Ia melakukan nasionalisasi pada bidang telekomunikasi dan listrik. Serta membelanjakan sebagian besar dana yang di peroleh dari penjualan minyak untuk kesejahteraan masyarakat miskin. Seperti di ketahui, venezuella merupakan negara penghasil minyak terbesar ke 5 di Dunia. Besarnya potensi aset inii tentu tidak disia-siakannya. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan kenyataan di negeri kita Indonesia. Indonesia meski memiliki cukup banyak ladang minyak, namun kenyataannya masih mengimpor, akibat pemerintah kurang mampu mengelola kekayaan alam itu.
Kepiawaian Chavez berikut segala sepak terjangnya, tentu saja mendapat reaksi yang sangat keras dari Amerika Serikat. Bahkan konon Presiden negara adidaya itu menyebutnya sebagai 'setan' dan 'berbahaya'. Ya..tiga poros setan yang di benci Amerika Serikat, yakni Chavez (Venezuella), Evo Morales (Bolivia) dan Fidel Castro (Kuba). Namun untuk memberikan ejekan terhadap sebutan itu, tiga serangkai ini menyebut kebalikan dari julukan itu, yakni 'Poros Kebaikan'. Tapi apapun itu, yang jelas masyarakat miskin di negara-negara Amerika latin telah merasakan sepak terjangnya.
Di tahun 2007 ini, Chavez masih terus berupaya untuk menetralisir dominasi AS di negara-negara Amerika Latin. Tidak tanggung-tanggung, dia telah menyiapkan dana sekitar US$ 8,8 miliar untuk membantu negara-negara Amerika latin. Angka tersebut tiga kali lebih besar dari anggaran serupa yang di siapkan Amerika. Sekaligus mengangkat nama Venezuella menjadi negara Donor di Amerika latin. Sembari menggoreskan sejarah sosialis Amerika Latin, Dengan lirih dia tuliskan...''kenapa kita takut akan sosialis? seharusnya tak seorangpun takut sosialis, sebab sosialis adalah manusiawi, sosialis adalah cinta''
-Satu hal...bisakah pemimpin kita seperti itu? seberani itu? sang fenomenal...el Comandante.

Ein Leben ist Ein Spiel

oleh: Magid,

Selama ini saya sering menjumpai beragam moto hidup yang di pegang masyarakat kita. Barangkali sebuah lagu ciptaan Ian Antono ''Panggung Sandiwara''-dapat mewakili keadaan salah satu diantaranya.

''Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah!!''
Ada yang menyebut, dunia ini hanya sebuah panggung teater, dimana pemain teaternya adalah kita, saya, anda atau mereka, ya,,,kita semua. Barangkali jika saya tidak salah, kata-kata yang dipakai Ian Antono dalam lagu itu, mencomot dari pepatah Jerman kuno, yakni 'Ein Leben ist Ein Spiel' yang artinya hidup itu adalah suatu sandiwara. Pepatah ini memiliki makna yang majis, dalam, dan sedikit menandakan kepasrahan terhadapNya. Pepatah itu sendiri pernah dipakai Sudisman, ketua II CC PKI dalam pidato pembelaannya saat digelar Mahkama Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada periode 1969, saat pasrah menerima vonis mati.

Tapi, coba kita fikirkan, sebenarnya hidup ini apa? Saya sendiri tidak sependapat dengan pepatah, Hidup adalah sandiwara, seperti halnya pepatah Jerman kuno itu. Sebab, jika kita memakai pepatah itu sebagai dasar untuk menjalani kehidupan ini, maka akan terasa sangat enteng, ringan dan terkesan asal-asal saja. Sebab,semua hanya sandiwara, padahal jika kita memang benar-benar menjalani hidup dan memiliki prinsip hidup, jelas semua bisa serba serius. Tidak, serba asal, menjadi ini boleh, menjadi itu baik dan semua dikerjakan dengan topeng sandiwara. Tidak...saya tidak mau bersandiwara.

Sepertinya, pepatah itu harus diubah menjadi, ''Ein Leben ist nicht ein spiel aber en leben ist Streit'' yang artinya hidup bukannya sandiwara, tapi hidup adalah suatu perjuangan. Ya..hidup memang perjuangan. Kita hidup untuk berjuang, dan kita berjuang agar bisa hidup. Sebab, kita hidup bukan sekedar hidup, kita hidup untuk mempertahankan kehidupan itu sendiri. Mungkin benar kata buyutku yang asli Jawa 'Ojo Dumeh le mandengi urip '(jangan remeh dalam memandang hidup) dan kehidupan.

Kadang menghadapi perjuangan itu sulit, lihatlah, dibawah jembatan itu, hidup mereka yang berjuang, tapi belum mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Kemiskinan, kekuarangan tentu saja mereka rasakan. Dilain tempat, mereka yang memperoleh kemenangan bisa mendapatkan apa saja, mobil mewah, harta berlimpah. Tapi satu ukuran, yakni kebahagian, belum bisa diukur diantara keduanya. Sebab, hukum 'Hij is Rijk Van Huis Uit' (Ia Kaya sejak semula) masih ada. Mereka bisa jadi kekayaan itu bukan hasil perjuangan, tapi dari warisan dsb. Karna itu, lebih baik dan lebih bijaksana jika kita mengukur hasil perjuang hidup itu dari seberapa jauh kebahagiaan mereka dapatkan. Dan tentu saja ukuran ini cukup relatif.
itulah salah stau tolak ukur kemenangan menghadapi hidup.

Perjuangan hidup? selain itu, apa lagi yang diperjuangkan? menurut saya, yang harus di perjuangkan adalah impian. Sebab hidup itu sendiri selalu berawal dari impian. Tanpa impian, tanpa cita-cita, hidup menjadi tandus. Benar, seperti nun diluar sana yang memancar ajaib, Impian dan hidup juga ajaib. Dan apa yang lebih ajaib dari impian itu? dialah kehidupan. 'What Wonder of wonder is the living, is life!!'-Ajaib bin ajaib dalam kehidupan adalah hidup.....dan untuk terakhir katakanlah...No Tears For Life..!!

Berita Batam