Saturday, January 16, 2010

KOMUNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Menurut "Buku putih" (G.30-S Pemberontakan PKI) yang diterbitkan oleh Sekneg pada tahun 1994, bahwa pertentangan di dalam tubuh SI mencapai puncaknya pada Kongres Nasional VI SI bulan Oktober 1921 di Surabaya. Fraksi komunis yang dipimpin oleh Semaun dan Tan Malaka berusaha mengendalikan dan menguasai jalannya Kongres, tapi usaha mereka ini ditentang oleh seorang tokoh SI, H.Agus Salim. H. Agus Salim menjawab semua argumen Semaun dan Tan Malaka dengan mengatakan bahwa, "Nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan sosialisme sejak seribu dua ratus tahun sebelum Karl Marx" (hal: 11).
Sangat sayang, H. Agus Salim tidak menjelaskan isi ajaran Sosialisme yang diberikan Nabi Muhammad tsb dan juga tidak menjelaskan mengapa setelah 14 abad lamanya, ajaran sosialisme yang diajarkan Nabi Muhammad itu belum membumi. Ajaran sosialisme dari Nabi Muhammad tsb tentu bersumber dari dari Al Quran. Marilah kita kaji ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran dan tanggapan sementara tokoh-tokoh agama Islam terhadap sosialisme yang diajarkan Nabi Muhammad.

KONSEP KEADILAN KOLEKTIF

Islam pada dasarnya merupakan agama pembebasan, ujar Mansour Fakih dalam tulisannya "Mencari Teologi untuk Kaum Tertindas". Seperti diketahui di Mekkah pada zaman Nabi lahir, adalah salah satu pusat perdagangan dan transaksi komersial internasional. Keadaan ini melahirkan Mekkah menjadi pusat kapitalisme, yakni terbentuk karena proses korporasi antar suku, yang menguasai dan memonopoli perdagangan kawasan Bizantium. Watak kapitalisme yang mengakumulasikan kapital dan memutarnya demi keuntungan yang lebih besar ini, berjalan melawan norma suku-suku di Semenanjung Arab pada saat itu. Akibat dari budaya kapitalisme tsb, lahirlah ketimpangan dan kesenjangan sosial di Mekkah, yakni semakin melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin. Dalam konteks inilah sesungguhnya Muhammad lahir.

Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa perlawanan terhadap Muhammad oleh kaum kapitalis Mekkah, sebenarnya lebih karena ketakutan terhadap doktrin egalitarian yang dibawakan oleh Muhammad. Oleh karena itu persoalan yang timbul antara kelompok elite Mekkah dan Muhammad sebenarnya, bukan seperti yang banyak diduga umat Islam, yakni hanya persoalan "keyakinan agama", akan tetapi lebih bersumber pada ketakutan terhadap konsekuensi sosial ekonomi, dari doktrin Muhammad yang melawan segala bentuk dominasi ekonomi, pemusatan dan monopoli harta. Dalam kaitan ini sesungguhnya misi utama Muhammad adalah dalam rangka membebaskan masyarakat dari segala bentuk penindasan dan ketidak adilan.

Dalam perspektif teologi kaum tertindas, ujar Mansour Fakih, peran seorang Rasul seperti Muhammad, Isa dan yang lain adalah sebagai seorang pembebas kaum tertindas. Musa, misalnya, sebagaimana Muhammad juga, tugas utamanya adalah membebaskan bangsa Israil dari penindasan dan eksploitasi yang dilakukan Firaun. Watak dari teologi pembebasan untuk kaum tertindas ini, selanjutnya juga telah dikembangkan oleh kelompok Khawarij. Merekalah yang pertama-tama dalam sejarah Islam mengembangkan doktrin demokrasi dan sosialisme agama.

Kebangkitan gerakan Khawarij juga dilatar belakangi oleh fenomena kontradiksi ekonomi yang muncul dalam bentuk persoalan kepemimpinan dan masyarakat. Kontradiksi ini melahirkan kelompok Khawarij, suatu aliran yang menekankan pada konsep keadilan kolektif. Konsep keadilan kolektif inilah yang jadi asal muasal pandangan sosialistis dalam Islam (hal: 172-173, dalam buku "Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam", 1989) Sosialisme yang diajarkan Nabi Muhammad tsb tentu adalah sosialisme yang hendak membebaskan kaum tertindas dan menjadikan kaum tertindas tsb sebagai pemimpin di bumi dan itu adalah tingkat rendah dari masyarakat Tauhidi (ummat yang satu, tanpa kelas-kelas).

SOSIALISME DALAM AL QURAN

Ajaran-ajaran sosialisme dari Nabi Muhammad SAW tentu berdasarkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran. AL Quran cukup jelas mengutuk orang-orang yang menumpuk-numpuk harta, hendak menjadikan kaum tertindas dan miskin (mustadhafin) menjadikan pemimpin di bumi dan mewarisi bumi, guna menuju ummat yang satu (tauhidi). Marilah kita cermati ayat-ayat tsb.

a. TERKUTUKLAH ORANG-ORANG YANG MENUMPUK-NUMPUK HARTA

Bahwa Islam menentang sistem kapitalisme cukup gamblang diwakili oleh Surat al Humazah ayat 1-4. Dimana dikatakan: Celakalah, azablah untuk tiap-tiap orang pengumpat dan pencela. Yang menumpuk-numpuk harta benda dan menghitung-hitungnya. Ia mengira, bahwa hartanya itu akan mengekalkannya (buat hidup di dunia). Tidak, sekali-kali tidak, sesungguhnya dia akan ditempatkan ke dalam neraka (hutamah).Menjadi pertanyaan: dari mana mereka peroleh harta yang mereka tumpuk-tumpuk tsb? Tentu tidak hanya dari hasil keringatnya sendiri, melainkan juga dari hasil keringat orang lain, dengan melalui berbagai cara yang tidak halal. Padahal surat Al Baqarah ayat 188 dengan tegas mengatakan: "Janganlah sebagian kamu memakan harta orang lain dengan yang batil (tiada hak) dan (jangan) kamu bawa kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang dengan berdosa, sedang kamu mengetahuinya".

Juga cukup jelas surat Al An'am ayat 145 mengatakan haram memakan darah yang mengalir. Haram memakan darah yang mengalir itu bukan hanya secara harfiah, misalnya melukai sebagian kulit seseorang kemudian dihirup darahnya yang mengalir di tempat yang dilukai tsb, tetapi yang lebih mendalam ialah menghisap atau memeras tenaga kerja orang lain untuk keuntungan dirinya. Seperti yang dilakukan kaum kapitalis terhadap kaum buruhnya. Kaum buruhnya tidak akan bisa diperas atau dihisapnya, sekiranya darahnya tidak-mengalir lagi dalam tubuhnya. Jadi, menghisap tenaga kerja kaum buruh, adalah sama dengan memakan darah yang mengalir dalam tubuh kaum buruh tsb.
Menurut HOS Tjokroaminoto melalui bukunya "Islam dan Sosialisme" yang ditulisnya pada bulan November 1924 di Maitarat, bahwa menghisap keringatnya orang-orang yang bekerja, memakan hasil pekerjaan lain orang, tidak memberikan bagian keuntungan yang mestinya (dengan seharusnya) menjadi bahagian lain orang yang turut bekerja mengeluarkan keuntungan --semua perbuatan yang serupa itu (oleh Karl Marx disebut memakan keuntungan "meerwaarde" (nilai lebih -pen) adalah dilarang dengan sekeras-kerasnya oleh agama Islam, karena itulah perbuatan "riba" belaka. Dengan begitu maka nyatalah agama Islam memerangi kapitalisme sampai pada "akarnya", membunuh kapitalisme mulai dari pada benihnya. Oleh karena pertama-tama sekali yang menjadi dasarnya kapitalisme, yaitu memakan keuntungan meerwaarde sepanjang fahamnya Karl Marx dan "memakan riba", sepanjang fahamnya Islam (hal: 17).

b. YANG TERTINDAS HENDAK DIJADIKAN PEMIMPIN

Bahwa agama Islam itu adalah agama pembebasan bagi kaum tertindas dan miskin,jelas sekali dikemukakan surat Al Qashash ayat 5 dan 6 yang berbunyi: "Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas (mustadhafin atau dhuafa) di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi. Dan kami tegakkan kedudukan mereka di bumi."Dari ayat ini jelas sekali bahwa Tuhan secara terbuka memihak kepada kaum mustadhafin dalam perjuangannya melawan kaum mustakbirin (para tiran, angkuh dan kaya). Tuhan tidak bersikap netral dalam pertentangan antara kaum tertindas melawan kaum penindas. Bila kaum mustadhafin sudah menjadi pemimpin di bumi, maka tentu telah tertutup jalan bagi kaum mustakbirin melakukan penindasan lagi terhadap kaum Mustadhafin dan itulah Sosialisme Islam. Menurut Asghar Ali Engineer melalui bukunya "Islam dan Pembebasan" bahwa pertarungan antara mustadhafin dan mustakbirin itu akan terus berlangsung, hingga Din Allah yang berbasis pada Tauhid menyatakan semua rakyat (tanpa perbedaan lagi antara mustadhafin dan mustakbirin, orang-orang yang menindas dan orang-orang yang tertindas, kaya dan miskin) sehingga menjadi suatu masyarakat "tanpa kelas". Dari perspektif ini jelaslah bahwa Al Quran menghadirkan suatu teologi pembebas dan dengan demikian membuat teologi yang sebelumnya mengabdi kepada kelompok penguasa yang eksploitatif menjadi teologi pembebasan. Sayangnya, Islam dalam fase-fase berikutnya, justru mendukung kemapanan itu. Tugas generasi baru Islam lah untuk merekonstruksi lagi teologi Islam revolusioner transformatif dan membebaskan itu (hal: l4). Penilaian Asghar Ali Engineer yang terakhir ini sejalan dengan penilaian Ulil Abshar Abdallah melalui bukunya "Membakar Rumah Tuhan". Menurut Ulil Abshar Abdallah bahwa persis hal ini dengan apa yang terjadi pada agama Islam: semula menjadi agama emansipatoris yang membawa aspirasi pembebasan dan perubahan, sekarang menjadi agama yang diperalat guna melegitimasi suatu tatanan (status quo) (1999, hal: 44).

c. MASYARAKAT TAUHIDI, TANPA KELAS-KELAS

Cukup jelas Tuhan melalui surat Al Mukminun ayat 52 mengatakan: "Sesungguhnya ini, ummat kamu, ummat yang satu dan Aku Tuhanmu, sebab itu takutlah kepada Ku. "Menurut Mansour Fakih dalam tulisannya "Mencari Teologi untuk Kaum Tertindas", bahwa doktrin tauhid adalah tema pokok setiap teologi dalam Islam. Tauhid dalam teologi pembaharuan, berkisar sekitar ke-Esaan Tuhan, dengan penolakan terhadap penafsiran terhadap Tuhan. Tauhid dalam perspektif "teologi kaum tertindas" lebih ditekankan kepada keesaan ummat manusia. Dengan kata lain doktrin Tauhid menolak segenap bentuk diskriminasi dalam bentuk warna kulit, kasta ataupun kelas. Konsep masyarakat Tauhidi adalah suatu konsep penciptaan masyarakat tanpa kelas (hal: 173). Dalam masyarakat Tauhidi ini, ummat benar-benar satu, tidak dibedakan lagi karena kedudukan sosial, karena jenis kelamin, karena warna kulit dsb. Dan itu adalah sama dengan masyarakat komunis. Masyarakat Tauhidi ini, adalah tingkat yang lebih tinggi dari masyarakat yang dijanjikan Tuhan: "Akan menjadikan kaum mustadhafin menjadi pemimpin di bumi dan mewarisi bumi." Untuk bisa membuminya isi surat Al Qashash ayat 5-6 sebagai langkah awal menuju masyarakat Tauhidi (ummat yang satu), maka kaum mustadhafinharus mengamalkan Surat Al Ra'du ayat 11, yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka. "Menurut petunjuk Al Quran tsb, bila kaum Mustadhafin (tertindas dan miskin) tidak mengubah keadaan diri mereka, tidak berjuang melepaskan belenggu yang dililitkan mustakbirin di leher dan di kakinya, maka mereka tetap akan tertindas dan miskin. Kaum mustadhafin tidak akan berubah keadaannya, bila mereka hanya mengharap belas kasihan kaum mustakbirin. Kaum mustakbirin tidak akan dengan sukarela melepaskan belenggu yang mereka pasungkan pada leher dan kaki mustadhafin. Perjuangan melepaskan belenggu dari tubuh kaum mustadhafin adalah perjuangan kelas dalam bahasa Karl Marx, "usaha kaum" dalam bahasa Ar Ra'du ayat 11.Malahan supaya kaum mustadhafin ini bisa bebas dari penindasan, Tuhan memperingatkan ummat Islam melalui surat An Nisa ayat 75: "Mengapa kamu tiada mau berperang di jalan Allah dan (membela) orany-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan-perempuan, dan kanak-kanak yang semuanya berdoa: "Ya, Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang zalim penduduknya dan berilah kami perlindungan dari sisiMu, dan berilah kami penolong dari sisiMu". Dengan demikian jelas bahwa berjuang (berperang) diizinkan Al Quran untuk mengakhiri kezaliman dan untuk melindungi orang-orang yang lemah dari penindasan orang-orang kuat. Al Quran tidak mengizinkan berperang untuk memaksa seseorang memeluk agama Islam. Hal itu dengan tegas telah dikatakan Tuhan: "La ikraha fi al Din" (tidak ada paksaan dalam agama). Malah surat Al Kafirun dengan tegas mengatakan: "Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah dan engkau tidak akan menyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku".

TITIK PERTEMUAN ISLAM DAN KOMUNISME

AK Pringgodigdo SH dalam bukunya "Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia" mengemukakan bahwa H. Misbach, seorang komunis keagamaan 76 tahun yang lalu, di depan Kongres PKI di Bandung pada tanggal 4 Maret 1925 menunjukkan dengan ayat-ayat Al Quran, hal-hal yang bercocokan antara komunisme dan Islam (antaranya, kedua memandang sebagai kewajiban, menghormati hak-hak manusia dan bahwa keduanya berjuang terhadap penindasan) dan diterangkannya juga, bahwa seseorang yang tidak menyetujui dasar-dasar komunis, mustahil ia seorang Islam sejati; dosanya itu adalah lebih besar lagi, kalau orang memakai agama Islam sebagai selimut untuk mengkayakan diri sendiri. Komunisme menghendaki lenyapnya kelas-kelas manusia (hal: 28). Seorang Bung Karno melalui tulisannya "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme" mengatakan: "Kaum Islamis tidak boleh lupa, bahwa kapitalisme musuh marxisme itu, ialah musuh Islamisme pula"; "Islamis yang "fanatik" dan memerangi marxisme, adalah Islamis yang tak kenal larangan-larangan agamanya sendiri"; "Hendaknya kaum itu sama ingat, bahwa pergerakannya itu dengan pergerakan marxis, banyak persesuaian cita-cita, banyaklah persamaan tuntutan-tuntutan" (DBR, hal: 12-15-14).

KESIMPULAN

H. Agus Salim benar bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan Sosialisme seribu dua ratus tahun sebelum Karl Marx. Karena Manifes Komunis yang terbit pada tahun 1848 adalah hasil studi Karl Mark tentang perkembangan sistem masyarakat sebelumnya. Tentu juga termasuk, baik secara langsung atau tidak, Sosialisme yang diajarkan Nabi Muhammad tsb. Karena tujuan yang hendak dicapai Islam dengan komunis sama-sama masyarakat tanpa kelas (Tauhidi-komunis) dan hal itu akan terwujud melalui tingkatan masyarakat sosialis (mustadhafin menjadi pemimpin di bumi). Masyarakat sosialis baru terwujud atas "usaha kaum" atau perjuangan kelas, maka sudah pada tempatnya kerjasama komunis untuk merebutnya. Hanya saja kaum kapitalis (mustakbirin) berkepentingan mencegah terjadinya kerjasama Islam dan komunis, agar kaum kapitalis tetap dapat berkuasa. Karena Sosialisme adalah ajaran Nabi Muhammad SAW sendiri, maka semestinya setiap yang mengaku Muhammad itu adalah Rasullullah, ia akan memperjuangkan untuk adanya sosialisme itu. Itu sebagai langkah awal untuk membuminya masyarakat Tauhidi di Indonesia. Karena itu terasa aneh, karena dewasa ini di Indonesia, tidak ada satu partai yang memakai bendera Islam yang mengibarkan panji-panji Sosialisme. Malah ada yang menentang Sosialisme.

Hal itu sudah disinyalir oleh Ulil Abshar Abdalla bahwa ada orang Islam yang diperalat guna melegitimasi suatu tatanan (status quo). Sesungguhnya orang yang mengaku Islam, tetapi tidak berjuang untuk membumikan masyarakat Tauhidi (ummat yang satu), tentu dipertanyakan keIslamannya: apakah mereka benar-benar pengikut Nabi Muhammad Saw, atau tidak? Jika ya, tentu mereka akan mendukung tegaknya masyarakat Tauhidi tsb. Bila tidak, soalnya menjadi lain.

Monday, January 11, 2010

'Tuhan' Yesus versus Tuhannya Yesus


Dalam buku A Question that Demans an Answer (Jawaban yang Disingkap­kan), seorang misionaris yang menamakan diri Abd Al-Masih membanding-bandingkan antara Yesus dan Muhammad. Perbandingan ini dilakukan secara licik dengan mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan Hadits yang tidak semestinya. Dengan komparasi yang tidak memadai, akhirnya disimpulkan bahwa Yesus lebih hebat daripada Nabi Muham­mad, karena Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat Penebus Dosa.
Perbandingan yang dilakukan oleh Penginjil Abd Al-Masih ini salah sasa­ran dan tidak logis, karena berang­kat dari logika yang keliru. Jika menurutnya Yesus adalah tuhan dan Muhammad adalah manusia biasa (bukan Tuhan), maka menim­bang dan membanding-bandingkan keduanya adalah tindakan yang ngawur. Membanding­kan manusia dengan tuhan adalah perbuatan yang sia-sia, karena sudah sangat jelas keduanya jauh berbeda.
Seharusnya, jika Penginjil Abd Al-Masih mengakui Yesus sebagai Tuhan, maka lawan perbandingan yang sejajar adalah Tuhan Allah SWT. Mari kita bandingkan secara ilmiah, antara Yesus yang dipertahankan oleh umat Kristen dengan Tuhannya Yesus yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
..jika umat Kristen mengakui Yesus sebagai Tuhan, maka lawan perbandingan yang sejajar adalah Tuhan Allah SWT. Mari kita bandingkan secara ilmiah, antara Yesus yang dipertahankan oleh umat Kristen dengan Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT...
Pertama, Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
“…Demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa” (II Korintus 6:18).
“Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satu pun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat” (Yesaya 40:26).
Sedangkan Yesus tidak maha kuasa, karena dia tidak berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah.
“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehen­dakku sendiri, melainkan ke­hendak Dia yang mengutus aku” (Yohanes 5:30).
Kedua, Allah adalah Tuhan yang menyelamatkan.
“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).
Sedangkan Yesus dalam Bibel minta keselamatan kepada Tuhan (Yohanes 12:27), dan tidak bisa menyelamatkan dirinya ketika disiksa, diolok-olok, diludahi dan dibunuh (Markus 10:33-34).
..Allah adalah Tuhan yang menyelamatkan, sedangkan Yesus dalam Bibel tidak menyelamatkan, tapi minta keselamatan kepada Tuhan...
Ketiga, Allah adalah Tuhan Yang Maha Tahu.
“Karena Tuhan itu Allah yang Maha Tahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji” (I Samuel 2:3).
Sedangkan Yesus tidak maha tahu, karena ia tidak tahu kapan hari kiamat (Matius 24:36), tidak tahu musim (Markus 11:13), tidak tahu siapa yang menjamahnya (Lukas 8:45-46), kesaksiannya salah (Yohanes 5:31), dan ramalannya meleset (Lukas 22:34, Matius 26:34, Yohanes 13:38 & Markus 14:67-72).
Keempat, Allah adalah Tuhan yang tidak dapat dicobai oleh yang jahat.
“Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat” (Yakobus 1:13).
Sedangkan Yesus dicobai oleh iblis yang jahat di padang gurun.
“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis” (Matius 4:1).
Kelima, Allah adalah Tuhan Yang mengabulkan doa.
“Engkau (Allah) yang mendengarkan doa. Kepada-Mulah datang semua yang hidup” (Mazmur 65:3).
“Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya” (Amsal 15:29).
Maka tidak layak jika Tuhan berdoa minta sesuatu kepada yang lain.
Sedangkan Yesus berdoa kepada Allah.
“Maka Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, katanya: “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).
Keenam, Allah adalah Tuhan Yang Maha Hidup dan tidak takluk kepada maut.
“Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal!” (I Timotius 6:16).
Sedangkan dalam Bibel diceritakan Yesus mati terbunuh mengenaskan jam tiga sore di atas gantungan tiang salib hanya mengenakan sehelai kain yang menutupi kemaluannya (Lukas 23:44-46).
..Allah adalah Tuhan Yang Maha Hidup dan tidak takluk kepada maut, sedangkan dalam Bibel diceritakan Yesus mati terbunuh mengenaskan jam tiga sore...
Ketujuh, Allah adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi yang tidak tidur dan tidak terlelap.
“…Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel” (Mazmur 121:2-4).
Sedangkan Yesus tidur seperti manusia biasa lainnya.
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur” (Matius 8:24).
“Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridnya membangunkan dia dan berkata kepadanya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38).

Siapa yang layak kita sembah, Yesus atau Tuhannya Yesus?


Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Menyelamatkan, Maha Tahu, Maha Hidup, dan Mengabulkan doa. Karenanya, Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan tidak butuh tidur.
Sedangkan Yesus tidak sama dengan Tuhan karena dia hanyalah seorang manusia yang dipilih menjadi nabi utusan Tuhan. Yesus juga tidak maha kuasa, karena dia tidak berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah dan tidak maha hidup karena ia takluk kepada maut (menurut Bibel, Yesus mati tragis jam 3 sore di atas gantungan tiang salib). Karenanya, menurut Bibel, pantas jika Yesus bisa dicobai oleh iblis yang jahat dan tidak bisa menye­lamatkan dirinya dari siksaan dan pembunu­han di tangan orang kafir.
..Jika Penginjil Abd Al-Masih beserta jemaat dan umat Kristen mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya mereka bertuhan kepada Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT...
Karena bukan Tuhan melainkan hanya utusan Tuhan, maka Yesus selalu berdakwah meng­ajak umatnya untuk bertauhid menyem­bah Allah, Tuhan Yang Esa.
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12: 29).

Dakwah tauhid Nabi Isa kepada kaumnya ini dicatat dalam Al-Qur‘an:

“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus” (Qs Maryam 36).
Jelaslah bahwa Yesus bukan Tuhan. Yesus berdoa dan beribadah kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Jika Penginjil Abd Al-Masih beserta jemaat dan umat Kristen mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya mereka bertuhan kepada Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT. [taz/A. Maria Mumtazah/voa-islam.com]

Mengaku Sarjana Islam, Pendeta Terbongkar Kedoknya



Bintaro (voa-islam.com) - Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel Hermawan dikenal sebagai ahli islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun ketika Samuel menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan Islam dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan dan Raja,” Samuel menuliskan sbb:
“Saya dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja sesuai yang tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.”
Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.
Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung...
Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen. 

Empat tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang pemuda. Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama. 

Belakangan, setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru tahu kalau suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah pernikahan. Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja, mengikuti jejak suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik menjadi seorang Kristen. 

Ketika Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen,  terjadilah percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar Islam Indonesia).
“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.

“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik dari Islam, paman,” jawab Indra santai.
“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu kok sekarang jadi seperti ini?” tanya sang paman lagi.
“Saya tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan menyelamatkan,” terang Indra.
“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari Islam?” selidik sang paman.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin tahu jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan adalah ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa bertanya sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra. Maka disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.
Ahad malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan sederhana. Tapi sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok ada lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang Insan Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.
Pendeta Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa pendeta, pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yang klemis dengan baju  batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah disiapkan dalam laptop dan infocus, lengkap dengan seorang wanita operatornya.
Dialog dimulai pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan pendengar dari kalangan Islam dan Kristen.
Setelah memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu menyela, “Maaf Pak Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya bukan pemikiran anda. Anda hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan ke Surga” yang memakai nama penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah menjawabnya dalam buku “Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.
Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan ceramah.
“Yesus alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir. Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita renungkan. Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang mati. Karena Yesus bisa menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,” jelasnya.
Insan membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan adalah surat Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca sepotong saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah. Jadi, seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena izin dan pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan itu bukan Nabi Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.

Samuel tak dapat membantah argumen ini, lalu beralih ke pembicaraan lain. Ia menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak semua perbuatan Yesus ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa memuat seluruh ajaran Yesus. 

“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!” tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya singkat.
“Tolong pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang dimaksud,” tanya Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun dari pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.

“Sebetulnya, ayat yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil Yohanes 25:21. Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan mempersilakan. Jemaat pun membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul. Mereka semakin gusar.
Ternyata Sarjana Islam Gadungan

Ketika ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari kiamat, Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”
Penasaran dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta Samuel untuk membaca nas Arabnya.
Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur'an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab...
“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa membaca nas Arabnya. Anda kan ngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong baca nas Arabnya!” pintanya.
Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta. Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya yang mulai memucat.
Jemaat dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah tingkah di hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama ini mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan sarjana Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian tertawa, sebagian geleng-geleng dan sebagian bertepuk tangan. Mereka terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang ditokohkan dan dihormati di gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan kesaksian dusta.

“Pak Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku ahli islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham Al-Qur’an? Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti baca-tulis Al-Qur’an? Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan menipu jemaat” kata Insan menasihati.

Situasi dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin, seperti dosen menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan rumah mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang pendeta lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya yang sudah membaur bersama hadirin lainnya di meja hidangan.
Seorang peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel berkomentar, “Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti ayam sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok, Jawa Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah "Drs" alias durung rampung sekolah, toh. [taz/voa-islam]

Menelisik Angka Kematian Gus Dur yang Ajaib


Gus Dur dan para penggemar dan rivalnya memang sama kreatifnya. Segala sesuatu bisa diotak-atik gatuk menjadi sebuah kreasi yang menghibur, guyonan, dan kontroversi.
Inilah salah satu ekspresi dari para Gusdurian untuk memberikan penghormatan pada Gus Dur. Kemarin, Jumat (1/1) beredar SMS. yang menafsir hari wafatnya Gus Dur, yang kalau dirangkai akan menjadi ajaib. SMS itu bertuliskan begini:
Asmaul Husna ada 99. Bilangan 9 adalah angka yang sangat luar biasa rahasianya. Penuh makna. Masya Allah... Gus Dur wafat jam 18.45 tanggal 30 bulan 12 tahun 09.
Ada apa dengan jam 18.45?  Lihat Qs. Al-Kahfi (18):45, "Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu."
..Gus Dur wafat jam pada jam 18:45. Ada apa dengan jam 18:45? Lihat pula Qs Al-Kahfi (18):4-5...
Selain itu, ada juga numeriologi versi lain, begini bunyinya:
Gus Dur wafat jam pada jam 18:45. Ada apa dengan jam 18:45? Lihat pula Qs Al-Kahfi (18):4-5; "Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak.” Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan sesuatu kecuali dusta."
Gus Dur wafat jam pada tanggal 30 Desember (30:12). Ada apa dengan jam 30:12? Lihat Qs Ar-Rum (30):12; “Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa.”
Menanggapi tafsiran angka-angka yang merebak pada awal tahun baru, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan mengimbau agar masyarakat mengacuhkan SMS sesat itu.
"Cuekin saja sms itu. Itu kerjaannya orang iseng saja. Buat apa menanggapi sesuatu yang iseng itu," ujar Amidan di Jakarta, Sabtu (2/1).
..Gus Dur wafat jam pada tanggal 30 Desember (30:12). Ada apa dengan jam 30:12? Lihat Qs Ar-Rum (30):12...
Ia juga mengaku tidak percaya dengan ilmu Neumorologi.

"Ah, itu kan hanya kebetulan saja. Saya tidak percaya dengan ilmu Neumorologi. Jadi jangan percayalah dengan sms itu," imbaunya.
Jadi, mana numeriologi yang benar? Wallahu a'lam. Muslim yang benar hanya percaya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Benar. Kebenarannya telah dituangkan dalam Al-Qur'an dan disabdakan oleh Rasul-Nya, Muhammad shallallahu alaihi wasallam.[

Anggota 'Hewan' Yang Terhormat

Kejadian ini patut dicamkan oleh para anggota DPR RI. Sapaan “Anggota Dewan Yang Terhormat” dalam rapat-rapat DPR RI apakah masih berlaku setelah kejadian itu?

Entah di mana etika dan moral mereka, dalam sidang yang katanya terhormat itu, mereka tak malu-malu mengeluarkan kata binatang dan mengumbar kata-kata berselera rendahan: Bangsat! Kurang ajar! Lempar Palu! dan sebagainya. Padahal rapat itu direkam kamera televisi dan dapat disaksikan seluruh penduduk Indonesia.

Kali ini, biang sensasinya adalah Ruhut Sitompul, anggota DPR RI dari Partai Demokrat yang dibina oleh SBY.

Insiden ini terjadi saat rapat pansus angket Century, Selasa (6/1/2009) yang mengagendakan pemeriksaan terhadap mantan pejabat BI yaitu Rusli Simanjuntak, Maman Soemantri, dan Maulana Ibrahim. Tiba-tiba saja, Ruhut Sitompul adu mulut dengan pimpinan pansus angket Century, Gayus Lumbuun.
Adu mulut berawal saat Ruhut interupsi kepada pimpinan sidang yang dipimpin Gayus Lumbuun agar mengatur waktu bertanya para anggota Pansus dengan baik. Ruhut menuding, Gayus memberi waktu yang lebih banyak kepada FPDI Perjuangan ketimbang fraksi lainnya.
..Anda jangan kurang ajar! Nyebut-nyebut profesor!” cetus Gayus...
“Pemimpin harus tegas dong, jangan nanti PDIP sampai dua jam. Masih ada enam fraksi lagi yang belum mendapat giliran,” ujarnya. Mendengar interupsi demikian Gayus menghentikan perkataan Ruhut. Setelah itu, suasana semakin panas karena Ruhut menyinggung gelar akademik profesor yang disandang Gayus Lumbuun.

Mendengar pernyataan Ruhut, Gayus tersinggung berat dan menimpali, “Anda jangan kurang ajar! Nyebut-nyebut profesor!” cetus Gayus.
Di situlah kata-kata makian yang sangat tak pantas diucapkan dari mulut Ruhut dengan menyebut seekor binatang untuk lawan bicaranya: “Diam Kau, bangsat..!!”

Emosi semakin memuncak, Ruhut berusaha memancing Gayus agar melempar palu sidang ke dirinya. Untung saja, Gayus tidak terpancing atas provokasi tersebut.

Buntut kata “bangsat” Ruhut Sitompul itu, Fraksi PDI Perjuangan, Kamis (7/1/2010) siang, melayangkan surat klarifikasi secara resmi kepada Fraksi Partai Demokrat atas kata "bangsat" yang dilontarkan Ruhut Sitompul kepada Gayus Lumbuun.

Surat tersebut ditujukan kepada Ketua Fraksi Partai Demokrat dan ditembuskan ke pimpinan DPR, pimpinan Badan Kehormatan, ketua-ketua fraksi, dan kepada semua media.

Dalam surat bernomor 016/F-PDIP/DPR-RI/I/ 2010 itu, PDI Perjuangan menyampaikan keberatannya atas kata "bangsat" yang disampaikan Ruhut secara terbuka. Kata itu dinilai Fraksi PDI Perjuangan telah mencederai kehormatan lembaga DPR RI, khususnya pimpinan angket Pengusutan Kasus Bank Century. Sebagai pimpinan Pansus, bagi PDI Perjuangan, Gayus adalah pengejawantahan lembaga DPR.
...Di situlah kata-kata makian yang sangat tak pantas diucapkan dari mulut Ruhut dengan menyebut seekor binatang untuk lawan bicaranya: “Diam Kau, bangsat..!!”
"Mengingat saudara Gayus Lumbuun yang notabene anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI sehingga, bagi fraksi, kata 'bangsat' tersebut merupakan suatu penghinaan kepada Fraksi PDI Perjuangan DPR RI dan lebih khusus PDI Perjuangan sebagai partai politik," demikian bunyi surat yang ditandatangani oleh Ketua Fraksi PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo.

Melalui surat tersebut, Fraksi PDI Perjuangan juga meminta klarifikasi dari Fraksi Partai Demokrat atas umpatan Ruhut.

Menyikapi “bangsat” dari mulut Ruhut di sidang Pansus Century, Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum menilai apa yang dilakukan Ruhut merupakan dinamika Pansus yang biasa saja...

“Itu bagian dari dinamika pansus. Memang agak panas. Tetapi jelas itu bukan skenario untuk menganggu,” jelasnya santai.

Lha kok, kata makian dengan menyebut binatang “bangsat” dalam rapat Anggota Dewan Yang Terhormat disebut dinamika? Jika sesama “Anggota Dewan Yang Terhormat” itu biasa memakai hewan menjijikkan untuk menghina anggota dewan yang lain, maka jangan salahkan rakyat bila memelesetkan “Anggota Dewan Yang Terhormat” menjadi “Anggota Hewan Yang Terhormat.”

Jika saling memaki antar anggota dewan dengan makian “bangsat” sudah tidak tabu lagi, apa salahnya jika Kasatlantas Kepolisian Resor Indragiri Hulu, Ajun Komisaris Tri Laksono, Rabu (2/12/2009) menyebut anggota dewan sebagai "anggota hewan yang terhormat?” [taz/dari berbagai sumber]

Berita Batam