Thursday, February 19, 2009

Dunia Tanpa Nama

Sadar, tak sadar, seperti menggelepar, Kita semua hidup di Dunia Tanpa Nama. Ketika senja sudah di pelupuknya, semua manusia rukuk dalam takdir. Dan yang pasti semua itu berjalan seiring dengan kulit-kulit yang mulai menua diatas dunia tanpa nama. Entah, aku pun tak sadar, kenapa dunia tanpa nama?.

Mungkin dia tak butuh nama, atau nama tak butuh dunia, tapi tetap saja, dunia tanpa nama. Dunia tak butuh nama, seperti nama ku, namamu atau nama mereka. Dunia tak pernah bernama dalam perjalanan hidupnya. Dunia mungkin seperti kataku, dia tak perlu nama yang manis seperti nama-nama dalam tokoh novel yang pernah kubaca. Dunia tetap saja dunia. Dia tetap gagah meski tak bernama. Dia tetap bisa menampung jutaan dari kita, meski nama tak hinggap dibadannya. Dunia juga tetap saja bisa kita nikmati keindahannya meski tak bernama. Aku ingat, seorang penulis novel terkenal, Shakespare, pernah berujar,''apalah arti sebuah nama?'' - benar, ungkapan itu menunjukkan bahwa nama memang bukan segala-galanya, seperti dunia yang tak pernah bernama.

Dunia tanpa nama, tak seperti kita. Dia tak sama dengan kita. Kita punya nama, sementara dunia tak punya nama. Dia tak pernah mengenal dirinya dengan nama. Karna itu dunia tak punya sifat-sifat seperti kita. Dunia tak kenal dengki, dunia tak kenal korupsi seperti menantu presiden kita. Dunia tak kenal emosi, dunia tak butuh jabatan, tak seperti mahluk yang memiliki nama. Dia tak butuh semua itu, tak seperti para caleg yang sibuk memampang namanya di jalan-jalan. Kemudian menghias nama-nama itu dengan beragam tujuan mulia.entah, visi misi atau hanya amunisi untuk mengelabuhi aku dan kalian semua. Yah, semua itu mungkin juga bohong!! tak seperti dunia tanpa nama, dia jujur apa adanya meski tak bernama.

Dunia tak perlu pasang stiker, tak perlu tebar baliho. Dia juga tak pernah pasang spanduk, dunia tak perlu dikenal, tapi semua tahu. Hanya saja tetap Dunia tanpa nama. Dunia tanpa nama, jauh-jauh, dan jauh sekali dengan para Caleg, calon Leg-leg. Entah apa yang di Leg (telen.red). Rembuk-rembuk cari yang empuk. Rapat-rapat cari yang bisa didapat. Kemudian ketuk palu pas saku sudah penuh. Ah, munafik yang bernama. Bukan seperti dunia tanpa nama! dia tak mengenal semua yang tercela.

Dunia tanpa nama, gagah sepanjang masa. Dia tak sombong, tapi juga tak rendah hati. Karna dia tak punya nama, dia juga tak punya sifat-sifat itu. Berbeda dengan para tokoh-tokoh agama, yang kadang mencela sebagian kelompok demi melanggengkan kelompoknya. Entah saat musim kampanye atau lainnya, selalu saja sama.

Dunia tanpa nama, dia tak butuh nama. Tapi dia bisa menampung jutaan nama. Dia tak membedakan nama-nama yang hinggap diantaranya. Ada 2,5 millyar manusia bernama hinggap di dunia yang tak bernama. Ada milyaran juga binatang diatasnya, milyaran tumbuhan dan apapun yang bisa disebutkan dengan nama. Dunia tak kenal pilih-kasih. Tak seperti pejabat kita yang kadang mengangkat kroco-kroconya yang 'mengampuh' saja. Yang menentang tak kebagian jatah. yah, Pejabat, Pemburu Jatah Untuk di Embat. Ibarat sebuah perlombaan dimana harta-harta tertumpuk diantaranya. Mobil mewah, istri simpanan, kehidupan gaya kosmopolitan kebarat-baratan tapi mungkin 'agak dipaksakan' sebagai bonusnya.

Dunia tanpa nama. Harusnya bisa menjadi cermin bagi kita yang bernama. Dunia tanpa nama bukan hanya untuk kita hinggapi, namun resapi. Entah, apa yang bisa kita resapi. Meresapinya harus dalam, jangan tanggung-tanggung, seperti anggaran Daerah Provinsi Kepri yang terserap tanggung. Silva APBD yang tersisa juga masih banyak. Kentang-kentang....kena tanggung. Gak enak bukan??? ehm, ujung-ujungnya gak terujung, tapi makin menghujung, yang ada perut pejabat kita makin kembung.

Dunia tanpa nama, adalah akhir dari tulisan ini. Karna aku tak mau menyebutkan nama dunia dalam hidupku. Dia dunia, hanya dunia, dan hanya itu. Tak butuh yang lain. Biarkan dia apa adanya. Dunia tanpa nama tak pernah retak. Dia seperti bahtera NUH yang kokoh, yang di hinggapi beragam mahkluk hidup. yang mengantarkan semua pada puncak yang tak pernah berakhir.

Dunia tanpa nama, juga menjadi lukisan senja yang menarik. Yang, meskipun secuil, tetap saja menarik. Dunia tanpa nama, bisa juga diartikan kalam. Ah, aku pun tak tahu apa itu kalam? Kalam bukan karam. Jika kita sebut karam, maka dia tenggelam. Ah dunia tanpa nama tak pernah tenggelam, meski jutaan kubik es di kutub mencair. Dunia tak pernah karam seperti kapal-kapal belanda yang dihujani meriam raja haji fisabillilah. Dunia tanpa nama, tegak, tegak, tak bergerak -mungkin juga bergerak- tapi di ategak, entah menghadap kemana, atas atau bawah, karna arah tak bisa ditunjukkan dengan jariku yang tak seberapa. Dunia tanpa nama....oh tetaplah tak bernama.

Berita Batam